Senin 15 Jun 2020 11:17 WIB

Gelombang Kedua Picu Mayoritas Bursa Saham Asia Melemah

Saham Australia terkoreksi 0,4 persen, diikuti saham Korea Selatan minus 0,6 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Seorang pialang mengamati perdagangan saham di KEB Hana Bank, Seoul, Korea Selatan, Rabu (20/5). Pasar Asia mengawali pekan ini dengan langkah mundur.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Seorang pialang mengamati perdagangan saham di KEB Hana Bank, Seoul, Korea Selatan, Rabu (20/5). Pasar Asia mengawali pekan ini dengan langkah mundur.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pasar Asia mengawali pekan ini dengan langkah mundur. Kekhawatiran gelombang kedua infeksi Covid-19 di China membuat para investor mencari instrumen investasi yang lebih aman. 

Sejumlah saham yang terdaftar dalam Indeks MSCI Global Standard mengalami pelemahan. Di kawasan Asia Pasifik indeks MSCI turun 0,25 persen dengan saham Australia terkoreksi 0,4 persen, diikuti saham Korea Selatan minus 0,6 persen dan saham Jepang terpangkas 0,75 persen. 

Baca Juga

Melemahnya bursa saham Asia ini terjadi setelah reli panjang bursa global yang menguat sejak akhir Maret lalu. Penguatan saat itu dipicu oleh pemberian stimulus fiskal serta dicabutnya kebijakan pembatasan sosial. 

Namun, bursa saham Asia kembali terpukul seiring munculnya sejumlah kasus Covid-19 baru di Beijing, China. Selain itu, investor juga khawatir akan lonjakan kasus di Amerika Serikat.

Penyebaran Covid-19 gelombang dua ini dinilao dapat kembali mengguncang pasar keuangan. Analis masih berharap aksi jual di awal pekan ini hanya bersifat sementara.

"Kami berasumsi bahwa setiap gelombang kedua cenderung lebih mudah dikelola daripada yang pertama, karena sudah ada pengalaman kebijakan sebelumnya," tulis analis di Morgan Stanley dalam sebuah catatan, dikutip Reuters.

Investor masih terus mengawasi angka produksi industri China dan penjualan ritel beberapa waktu mendatang. Mereka menantikan adanya tanda-tanda pemulihan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement