Selasa 16 Jun 2020 21:22 WIB

Keistimewaan Syam, Suriah Kini di Mata Sahabat dan Tabiin

Tanah Syam mempunyai kedudukan istimewa bagi para sahabat.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Tanah Syam mempunyai kedudukan istimewa bagi para sahabat. Salah satu sudut Syam, Suriah kini.
Foto: albumislam.com
Tanah Syam mempunyai kedudukan istimewa bagi para sahabat. Salah satu sudut Syam, Suriah kini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Banyak hadits Nabi Muhammad SAW yang nas-nasnya banyak menjelaskan keutamaan negeri-negeri Syam dan keutamaan penduduknya, serta berkahnya dan kedudukannya yang besar disisi Allah dan Rasulnya. Atas hal inilah banyak para sahabat dan tabiin bersemangat untuk tinggal di sana. 

Bassam bin Khalil Ash-Shafadi dalam bukunya "Tanda-tanda Kiamat di Negeri Syam" mengatakan Allah SWT menempatkan penyakit tha'un di Syam untuk memperbanyak syuhada di sana, mengangkat derajat derajat mereka, dan membersihkan amal perbuatan mereka.

Baca Juga

Abu Ubaidah bin Jarrah meninggal dunia karena penyakit tha'un di Amwas, Syam. Seperti itu juga Muadz bin Jabal, Syurah bil bin Hasanah, dan ribuan para sahabat dan tabiin terbaik lainnya meninggal di Syam. 

Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan keistimewaan iman yang dimiliki Syam ketika berbagai fitnah terjadi, berwasiat untuk menempati Syam dan berhijrah ke sana.

Beliau juga mengabarkan bahwa di sana terdapat sekelompok pejuang yang senantiasa mendapat pertolongan (ath-thaifah al manshurah), Syam adalah kampung halaman orang-orang mukmin, banyak kabar gembira berupa pertolongan, kekuasaan, serta kemenangan atas kekafiran dan orang-orang kafir yang di sampaikan untuk penduduk Syam. 

Bassam bin Khalil mengatakan ketika para sahabat mendengar hadits-hadits Nabi SAW yang mendorong mereka untuk tinggal di Syam dan berhijrah ke sana khususnya ketika berbagai fitnah kian pelik, hati mereka terpaut ke negeri itu dan banyak di antara mereka yang menetap di sana, hingga Al-Walid bin Muslim berkata puluhan ribu pasang mata yang pernah melihat Rasulullah masuk Syam.

Ibnu Asakir menukilkan riwayat dari Aisyah RA, dia berkata, "Wahai penduduk Irak! Penduduk Syam lebih baik daripada kalian. Banyak di antara sahabat sahabat Rasulullah SAW yang pergi ke sana, lalu mereka menceritakan kepada kami (hadits-hadits) yang kami ketahui. Sementara hanya sedikit di antara sahabat sahabat Rasulullah SAW yang pergi kepada kalian,  lalu kalian menceritakan kepada kami dalam kurung hadits-hadits yang kami ketahui dan apa yang tidak kami ketahui." 

Selain perkataan Aisyah RA ini menjadi rekomendasi bagi penduduk Syam dalam meriwayatkan hadits dan mereka mengalihkan perhatian pada ilmu, tekstual perkataan Aisyah ini juga menunjukkan banyak para sahabat Rasulullah SAW yang menetap di Syam. 

Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat menyebutkan lebih dari seratus sahabat Rasulullah yang tinggal di Syam, di antara yang dia sebutkan adalah Abu Ubaidah bin Jarrah, Bilal bin Rabah Ubadah bin Shamit, Saad bin Ubadah, Abu Darda, Syurahbil bin Hasanah, Khalid bin al-Walid, Iyadah bin Ghunum, Fadhl bin Abbas, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan lainnya.  

Menurut Bassam, salah satu bukti keinginan dan kemauan keras para sahabat untuk menguasai Syam adalah setelah wafatnya Nabi SAW yang sebelumnya beliau sudah mempersiapkan sekelompok pasukan untuk menyerang wilayah Syam, Abu Bakar bertekad untuk memberangkatkan pasukan Usamah ini tanpa memperdulikan banyak kelompok orang-orang murtad yang tengah mengepung Madinah, dan meski para sahabat menyarankannya untuk tidak mengirim pasukan.

Namun Abu Bakar tetap bersikeras pada sikapnya untuk memberangkatkan pasukan Usamah dan mengungkapkan kata-kata fenomenalnya. "Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya! Bahwa seluruh bangsa Arab menghampiriku itu lebih aku sukai daripada aku mempertahankan pasukan yang sudah diberangkatkan Rasulullah."   

Ibnu Taimiyah menyebutkan dari Umar bin Khattab, bahwa di masa kepemimpinannya dia lebih mengutamakan penduduk Syam atas penduduk Irak, hingga dIa datang ke sana beberapa kali dan tidak mau pergi ke Irak. 

Dia meminta saran dan pendapat kepada para sahabat lainnya, lalu ia disarankan agar tidak pergi ke Irak. Seperti itu juga ke ketika Umar wafat saat terkena tikaman penduduk Madinahlah yang terlebih dahulu dipersilakan masuk untuk melihat jenazahnya. Mereka saat itu adalah umat terbaik.

Setelah itu penduduk Syam dipersilakan masuk, dan setelah itu baru penduduk Irak dipersilakan masuk. "Orang-orang Irak adalah yang terakhir masuk melihat dan menuangkan Umar. Inilah yang benar." Kata Bassam.

Begitu juga kata Bassam apa yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq, ya lebih mengalihkan perhatian untuk menaklukkan Syam daripada menaklukkan Irak, sampai-sampai dia berkata, "Sungguh, menguasai salah satu perkampungan Syam lebih aku sukai daripada menaklukkan satu kota Irak."

Perhatian dan fokus untuk singgah dan menetap di Syam sudah diwarisi secara turun menurun sejak generasi sahabat hingga saat ini. 

Kata Bassam, andai kita mendata siapa saja di antara para tabiin dan generasi Setelah dari kalangan ahlul Ilmi yang menetap di Syam tentu memerlukan beberapa jenis buku.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement