Kamis 18 Jun 2020 02:40 WIB

Islam di Spanyol, Pernah Berjaya Lalu Jadi tak Berdaya

Islam di Spanyol pernah menorehkan kejayaan pada Abad Pertangahan

Islam di Spanyol pernah menorehkan kejayaan pada Abad Pertangahan Masjid Cordoba di Spanyol.
Foto: EPA/KHALED ELFIQI
Islam di Spanyol pernah menorehkan kejayaan pada Abad Pertangahan Masjid Cordoba di Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID,  Spanyol adalah negara dengan populasi 41 juta jiwa. Kini 99 persen dari penduduknya beragama Katolik Roma. Yang beragama Islam kurang dari satu persen populasi. Itu pun hanya berada di wilayah tertentu dan banyak di antaranya para imigran Afrika Utara. Jejak Islam selama ratusan tahun bisa dikatakan nyaris tiada lagi di Spanyol. Padahal Spanyol adalah jalan utama masuknya peradaban Islam ke Eropa.

Islam pertama kali masuk ke Spanyol ketika negara tersebut diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Damaskus adalah tempat umat Islam menguasai Afrika Utara sebelumnya. Sejarah mengenal tiga nama dalam penaklukan Spanyol. Yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.

Baca Juga

Di awal abad ke-8, pasukan dari Afrika Utara datang di Spanyol. Penduduk Eropa Barat menyebutnya sebagai bangsa Moor, yang tak lain adalah orang Arab. Mereka ini menyapu Afrika Utara dari tanah airnya di Timur Tengah. Termasuk mengislamkan penduduk Maroko. Tahun 711, Tariq ibn Ziyad, gubernur Tangier, menyeberangi Spanyol beserta 12 ribu tentaranya. Mereka mendarat di Gibraltar.

Tempat ini juga disebut Jabal Tariq atau Gunung Tariq, sebagai bentuk penghormatan pada dirinya. Mereka datang atas undangan masyarakat Visiogothic untuk membantu melawan Raja Roderic. Roderic meninggal dalam peperangan tersebut dan Spanyol berakhir tanpa pemimpin. Tariq kembali ke Maroko. Tapi setahun kemudian yakni tahun 712, Musa ibn Nushair, salah satu gubernur Muslim di Afrika Utara, datang di Spanyol bersama tentaranya. Dengan tujuan untuk menduduki kawasan tersebut.

Dalam waktu tiga tahun, Nushair menaklukkan seluruh wilayah pegunungan di bagian utara. Ia kemudian melanjutkan penaklukannya ke Prancis, tapi terhenti di Poitiers pada tahun 732. Al Andalus, demikian orang Islam Spanyol kerap disebut. Mereka ini terorganisasi di bawah pemerintahan sipil yang religius dari khalifah di Damaskus.

Gubernur Spanyol umumnya orang Suriah, yang kerangka dan referensi politiknya sangat dipengaruhi praktik-praktik masa Bizantium. Pada masa itu, pemeluk Islam bertambah. Termasuk di antaranya masyarakat Spanyol sendiri. Demikian juga dengan penduduk di kawasan perdesaan. Meski demikian, masih ada komunitas Kristen Roma yang menetap di perkotaan.

Selain itu tercatat juga masyarakat Yahudi. Populasi mereka mencapai lima persen dari total penduduk. Masyarakat Yahudi ini memainkan peran yang penting dalam perdagangan hingga pendidikan kala itu. Pada tahun 756, Dinasti Ummayah di Damaskus berakhir dan kekhalifahan dialihkan ke Baghdad oleh Dinasti Abbasiyah.

Salah seorang pangeran Ummayah, Abd al Rahman, pergi ke Spanyol dan mendirikan kekhalifahan di Cordoba. Dinasti ini bertahan selama 250 tahun dan tercatat sebagai salah satu pemerintahan Islam yang gemilang. Sedikit gambaran tentang Cordoba: Di abad ke-10, populasi Cordoba mencapai 500 ribu jiwa. Bandingkan dengan jumlah penduduk Paris yang hanya 38 ribu saat itu.

Kota Cordoba memiliki 700 masjid, 60 ribu rumah mewah dan 70 perpustakaan. Perpustakaan ini dikelola secara profesional dengan mempekerjakan para peneliti dan memiliki 500 ribu manuskrip. Cordoba saat itu memiliki 900 tempat mandi umum dan jalanan Cordoba tercatat sebagai jalanan pertama di Eropa yang memiliki penerangan kota.

Lima mil dari kota terdapat kediaman khalifah, Madinat al-Zahra. Bangunan ini dibangun dari batu-batu berkelas seperti onyx. Pembangunannya membutuhkan waktu 40 tahun dengan biaya sepertiga dari penerimaan Cordoba. Sebelum dihancurkan di abad ke-11, tempat ini tercatat sebagai salah satu keajaiban era tersebut.

photo
Noria (kincir air) Albolafia di Sungai Guadalquivir, Cordoba, Spanyol, merupakan salah satu warisan prestise umat Islam. - (http://www.mihrabislamicart.com)

Ketika Hisham II, yang merupakan cucu Abd al Rahman, mewarisi tahta tahun 976 pada usia 12 tahun, tugas tersebut diwalikan kepada Ibnu Abi Amir. Ia dikenal juga dengan nama Al Mansur dan memegang hak tersebut selama tahun 981-1002. Selama 20 tahun, kekuasaan utama kekhalifahan ada di tangan penguasa diktator ini.

Kekhalifahan Cordoba tidak berlangsung lama dalam kepemimpinan Al Mansur. Lawan politik mulai menuntut hak atas tahta. Demikian juga dengan para bangsawan dan komandan tentara. Tuntutan ini menceraiberaikan kekuasaan Cordoba atas Spanyol. Beberapa wilayah seperti Sevilla, Granada, Valaencia, dan Zaragoza menjadi lebih kuat. Meski demikian pergolakan di antara mereka semakin menguat.

Sementara di sisi lain, kekuasaan wilayah Kristen kian menguat. Pada tahun 1469, terjadi pernikahan antara Ferdinand dari Aragon (1452-1516) dan Isabella dari Castile (1451-1504). Pernikahan ini mengukuhkan kekuatan kelompok Kristen. Sejarah sendiri mencatat Ferdinand dan Isabella sebagai pasangan yang memulai penghancuran Islam di Spanyol. Tahun 1492, Ferdinand dan Isabella menguasai Granada dan mengukuhkan diri mereka sebagai Raja Katolik. Tahun ini juga ditandai sebagai tahun pengusiran orang Islam keturunan Arab di Spanyol.

Sebenarnya, dibanding negara Eropa lainnya saat itu, Spanyol adalah negara yang heterogen. Dan heterogenitas ini dijaga dengan baik pada masa kejayaan Islam. Tapi, ketika kekuasaan Islam jatuh, masyarakat Muslim khususnya di Granada diberikan pilihan. Meninggalkan tempat tinggalnya, atau pindah menjadi pemeluk Kristen.

Ketika pilihan tersebut diberikan, banyak kaum Yahudi yang memilih untuk memeluk Kristen. Meski demikian masih banyak Muslim yang bertahan dengan keyakinannya walaupun itu dilakukan diam-diam. Selama beberapa generasi mereka hidup sebagai petani dan tukang kayu.

Setelah tahun 1525, seluruh penduduk Spanyol secara resmi sudah memeluk agama Kristen. Tapi perpindahan agama yang sifatnya memaksa, melahirkan peleburan yang tidak menyeluruh di kalangan masyarakat Spanyol. Selain itu ada regulasi bernama Pureza de Sangre, yakni keharusan berdarah asli Spanyol untuk bisa menduduki posisi penting di pemerintahan dan gereja. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mencegah munculnya kembali kekuatan lama di Spanyol.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement