Kamis 18 Jun 2020 09:56 WIB

Menko PMK: Obat Penangkal Virus Corona Masih Dalam Pengujian

Tim peneliti Unair temukan 5 kombinasi regimen obat yang diklaim efektif lawan Covid.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus Yulianto
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy (kiri) berbincang dengan Direktur Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Maria Inge Lucida (kanan) saat berkunjung ke Surabaya, Jawa Timur, Selasa (16/6/2020). Kunjungan Menko PMK tersebut untuk mendukung dan menawarkan bantuan dalam upaya penanganan COVID-19 serta riset untuk pembuatan vaksinnya.
Foto: Antara/Moch Asim
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy (kiri) berbincang dengan Direktur Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Maria Inge Lucida (kanan) saat berkunjung ke Surabaya, Jawa Timur, Selasa (16/6/2020). Kunjungan Menko PMK tersebut untuk mendukung dan menawarkan bantuan dalam upaya penanganan COVID-19 serta riset untuk pembuatan vaksinnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) sekaligus Ketua Dewan Pengarah Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Muhadjir Effendy mengatakan, tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, sedang melakukan pengujian untuk membuat obat penangkal virus Covid-19 atau corona. Dengan demikian, nantinya obat ini bisa digunakan oleh masyarakat yang positif corona.

"Berdasarkan peninjauan ke lokasi dan diskusi dengan tim peneliti kemarin (17/6), proses obatnya sudah setengah jalan. Masih perlu tahapan lanjutan hingga dilakukan uji klinis. Secara prosedur, penelitian ini tidak terlalu sulit karena lima jenis obat yang dilakukan uji silang tersedia di pasar," katanya saat dihubungi Republika, Kamis (18/6).

Menurut Muhadjir, jika uji klinisnya berhasil, nantinya dalam aspek regulasinya bisa diperpendek sehingga temuan obat tersebut bisa digunakan secepatnya. Ketika ditanya kapan obat penangkal virus Covid-19 bisa digunakan masyarakat dan dijual secara bebas, dia mengaku masih belum bisa memastikannya.

"Masih belum tahu pastinya kapan obat ini bisa digunakan masyarakat secara bebas. Ya namanya masih dalam pengujian," kata dia.

 

Sebelumnya diketahui, tim peneliti Unair menemukan lima kombinasi regimen obat yang diklaim efektif melawan virus corona atau Covid-19. Lima kombinasi obat tersebut berasal dari obat-obatan yang sudah beredar di pasaran.

Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga, dr Purwati, menjelaskan, kombinasi obat temuannya terdiri atas lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne; lopinavir/ritonavir dengan doxycyline; lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine; hydroxychloroquine dengan azithromicyne; dan hydroxychloroquine dengan doxycycline. Regimen kombinasi obat Covid-19 tersebut, menurut dia, tidak untuk diperjualbelikan secara bebas.

"Belum diperjualbelikan. Ini kolaborasi antara Unair, BNPB, dan juga Badan Intelijen Negara," kata Purwati saat dikonfirmasi, Senin (15/6).

Kombinasi regimen obat tersebut diakui Purwati memiliki potensi dan efektivitas cukup bagus terhadap daya bunuh virus. Dosis setiap obat dalam kombinasi tersebut adalah 1/5 dan 1/3, lebih kecil dibandingkan dosis tunggalnya, sehingga mengurangi efek toksik dari obat tersebut bila diberikan sebagai obat tunggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement