Ahad 21 Jun 2020 09:45 WIB

Palestina Tutup Kota Hebron dan Nablus Akibat Covid-19

Palestina melaporkan peningkatan kasus Covid-19 sehingga dua kota ditutup.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Penata rambut Palestina mengenakan masker kampanye potong rambut gtratis untuk warga Palestina di Tepi Barat, Hebron, Palestina, Senin (11/5). Pasalnya, saat pandemi virus corona Otoritas Palestina melarang penata rambut membuka gerai mereka
Foto: EPA-EFE / ABED AL HASHLAMOUN
Penata rambut Palestina mengenakan masker kampanye potong rambut gtratis untuk warga Palestina di Tepi Barat, Hebron, Palestina, Senin (11/5). Pasalnya, saat pandemi virus corona Otoritas Palestina melarang penata rambut membuka gerai mereka

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Otoritas Palestina mengatakan untuk sementara waktu menutup kota Hebron dan Nablus di Tepi Barat yang diduduki, Sabtu (20/6). Keputusan tersebut diambil dalam upaya untuk menahan penyebaran virus corona setelah laporan terjadinya peningkat infeksi.

"Pemerintah memutuskan untuk menutup wilayah Hebron untuk mencegah siapapun masuk atau keluar, dengan pengecualian pengangkutan barang dagangan," kata Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, dikutip dari Aljazirah.

Baca Juga

Shtayyeh mengatakan, Hebron akan ditutup selama lima hari dan Nablus selama 48 jam. Kondisi itu mempertimbangkan laporan Hebron mendapatkan 48 kasus baru pada Sabtu, sehingga total menjadi 258 kasus. Sementara pihak berwenang telah melaporkan 23 kasus di Nablus. Penambahan inni telah menambah jumlah total 687 kasus di Tepi Barat, termasuk dua kematian sejauh ini. 

Hingga saat ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University, lebih dari 458.000 orang telah meninggal akibat virus corona di seluruh dunia. Setidaknya 8,6 juta orang telah dipastikan memiliki terinfeksi dan lebih dari 4,2 juta telah pulih.

Banyak negara mulai mempertimbangkan pelonggaran lockdown yang sudah diterapkan berbulan-bulan. Meski begitu, muncul kekhawatiran gelombang kedua atas infeksi, seperti yang terjadi di Beijing, China, akibat penularan di pasar grosir makanan.

Hingga saat ini, vaksin untuk virus corona jenis baru ini belum ditemukan. Beberapa lembaga telah melakukan uji klinis, termasuk perusahaan biofarmasi Jerman, CureVac, yang paling terbaru mengumumkan proses tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement