Senin 22 Jun 2020 23:37 WIB

Literasi Jadi Kunci Membangun Peradaban Islam

Peran pemerintah pusat maupun daerah sangat penting untuk mendorong budaya literasi.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Literasi Jadi Kunci Membangun Peradaban Islam. Foto: Redaktur Republika Irwan Kelana saat menjadi narasumber webinar..
Foto: Republika/Prayogi
Literasi Jadi Kunci Membangun Peradaban Islam. Foto: Redaktur Republika Irwan Kelana saat menjadi narasumber webinar..

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu kunci pembangunan peradaban Islam adalah literasi. Hal ini disampaikan Wartawan Senior Republika, Irwan Kelana saat menjadi pembicara Webinar bertema 'HUT Kota Jakarta ke-493 dan Pembangunan Peradaban Islam' yang diselenggarakan LSN DKI Jakarta dan HATAM didukung oleh Republika pada Senin (22/6).

Irwan mengatakan, literasi mencakup kegiatan menulis, membaca, dan menyimak. Kegiatan literasi dimulai dari rumah dan sekolah. Peran pemerintah pusat maupun daerah sangat penting untuk mendorong budaya literasi tersebut.

"Prof Dr Buya Hamka, ulama besar yang digelari ulama terbesar level Asia Tenggara, dan pernah menjadi Ketua Majelis Ulama Indoesia (MUI) merupakan contoh seorang Muslim yang mempunyai budaya literasi sangat kuat," kata Irwan saat Webinar, Senin (22/6).

Ia menjelaskan, Buya Hamka tidak pernah kuliah dan hanya membaca berbagai buku karya para penulis dunia termasuk di dalamnya buku filasafat, ilmu pengetahuan alam dan lain-lain dari terjemahan bahasa Arab. Namun berkat kegigihannya terus belajar dan membaca, beliau bisa menjadi seorang ulama besar dan mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa serta Profesor.

Selama hidup Buya Hamka telah menulis sekitar 120 judul buku dalam berbagai bidang, termasuk novel atau roman, sejarah Islam, tasawuf, akhlak, hingga karya monumental beliau Tafsir Al Azhar sebanyak 30 juz.

Buku roman karya beliau berjudul Di Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Saat ini buku-buku itu masih terus dibaca orang-orang. Kedua roman itu sudah difilmkan dan menjadi film yang sukses.

Irwan mengingatkan, untuk mengembangkan budaya literasi itu bisa dimulai dari rumah. Hendaknya orang tua membelikan buku-buku bacaan yang baik untuk keluarganya, terutama anak-anaknya. "Dalam hal ini belikan buku-buku novel anak, komik anak, cergam anak yang mengandung nilai-nilai keislaman," ujarnya.

Menurutnya, paling tidak satu bulan sekali belikan buku untuk anak-anak. Kalau membeli pulsa sekian puluh ribu bahkan lebih dari Rp 100 ribu sebulan sekali mampu, mestinya mampu juga membeli buku untuk anak-anak. Apalagi bagi mereka yang merokok, setiap bulan anggaran merokok ratusan ribu. 

"Kalau kita bisa mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah untuk merokok setiap bulan, sejatinya kita pun bisa menyisihkan uang puluhan ribu rupiah per bulan untuk membeli buku," ujarnya.

Irwan menyarankan, ajaklah dan temani anak-anak untuk membaca buku setiap hari, tidak harus lama, mungkin cukup 10-15 menit tapi rutin tiap hari. Kemudian beli Alquran terjemah, lebih baik lagi tafsir Alquran. Ajaklah keluarga setiap hari, baik pagi hari maupun di waktu Maghrib untuk bersama-sama membaca Alquran dan terjemahnya. Sehingga mereka mengetahui dan memahami pesan-pesan Alquran.

Sungguh Alquran itu berisi rangkaian kisah yang sangat indah, menginspirasi dan mendorong umatnya untuk terus mengembagkan peradaban yang tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi kalau membaca surat-surat yang ada di juz 26-30. 

"Banyak sekali pesan dan pelajaran yang bisa kita petik dari surat-surat yang ada di lima juz terakhir tersebut, maupun juz-juz lainnya dari juz satu hingga juz 25," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement