Selasa 23 Jun 2020 15:57 WIB

Taliban Bunuh Ratusan Tentara Afghanistan dalam Sepekan

Sebanyak 292 personel keamanan Afghanistan tewas di tangan Taliban dalam sepekan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Kelompok Taliban.
Foto: Reuters
Kelompok Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban dilaporkan telah menewaskan sekurangnya 291 personel keamanan Afghanistan selama sepekan terakhir. Pihak Afghanistan menuduh kelompok pemberontak itu telah melakukan gelombang kekerasan menjelang pembicaraan potensial menuju perdamaian.

"Pekan sebelumnya adalah yang paling mematikan dalam konflik selama 19 tahun di negara, bahkan ketika pemberontak membiaskan angka-angka terbaru," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Javid Faisal dikutip laman Al Arabiya, Selasa (23/6).

Baca Juga

Dia merinci, Taliban telah melakukan 422 serangan di 32 provinsi selama sepekan. Akibatnya, 291 personel pasukan keamanan terbunuh dan 550 lainnya mengalami cedera.

"Komitmen Taliban untuk mengurangi kekerasan tidak ada artinya, dan tindakan mereka tidak sesuai dengan retorika mereka tentang perdamaian," katanya.

Namun demikian, Taliban menolak angka terbaru dair pemerintah Afghanistan. "Musuh bertujuan untuk merusak proses perdamaian dan pembicaraan intra-Afghanistan dengan merilis laporan palsu seperti itu," ujar juru bicara Taliban di Afghanistan, Zabihullah Mujahid.

"Kami memang memiliki beberapa serangan minggu lalu, tetapi mereka sebagian besar dalam pertahanan," ujarnya menambahkan.

Dalam rapat kabinet Senin (22/6), Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk kekerasan yang dituduhkannya pada Taliban. "Pemerintah melihat kekerasan itu bertentangan dengan semangat komitmen untuk perdamaian," kata Ghani.

Dalam sebuah serangan pada Senin, orang-orang bersenjata menembak mati dua jaksa dan tiga karyawan lain dari kantor jaksa agung. Serangan itu terjadi di pinggiran kota Kabul, ketika orang-orang bersenjata menembaki mobil tempat mereka bepergian. Tidak jelas siapa penyerang itu, dan Taliban membantah terlibat.

Insiden tersebut menuai kecaman dari utusan khusus AS Zalmay Khalilzad, yang memimpin negosiasi dengan Taliban sebelum kesepakatan yang ditandatangani Februari. Dia mengatakan, tim hukum telah bekerja pada pertukaran tahanan yang dianggap vital sebelum pemerintah Kabul dan Taliban dapat memulai pembicaraan damai.

"Serangan ini menggarisbawahi apa yang kita semua tahu: Spoiler (baik domestik dan asing) berusaha mengganggu dan menunda proses perdamaian," ujar Khalilzad dalam akun resmi Twitter terverifikasinya.

"Kedua belah pihak tidak boleh dihalangi, dan mendorong maju untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai negosiasi intra-Afghanistan," kata dia.

Kekerasan memang telah menurun di banyak wilayah Afghanistan sejak Taliban mengumumkan gencatan senjata tiga hari pada 24 Mei untuk menandai liburan Idul Fitri. Namun demikian, para pejabat menuduh gerilyawan meningkatkan serangan dalam beberapa pekan terakhir.

Ghani telah bersumpah untuk menyelesaikan pembebasan tahanan Taliban. Pihak berwenang Afghanistan pun telah membebaskan sekitar 3.000 tahanan Taliban, dan berencana untuk membebaskan 2.000 tahanan lainnya sebagaimana diatur dalam kesepakatan pemberontak dengan Washington. Taliban mengatakan, pihaknya siap untuk pembicaraan damai tetapi hanya setelah pembebasan 2.000 pemberontak yang tersisa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement