Selasa 23 Jun 2020 22:43 WIB

Survei: Kental Manis Masih Dianggap Sebagai Produk Susu

Aisyiyah melakukan survei di Aceh, Kalteng, Sulut, dan Jabodetabek, pada 2 tahun ini.

Kental manis (ilustrasi). Hasil survei yang dilakukan Majelis Kesehatan Pengurus Pusat Aisyiyah dalam dua tahun terakhir menyebutkan sebagian besar masyarakat masih menganggap produk Susu Kental Manis (SKM) sebagai produk susu.
Foto: Istimewa
Kental manis (ilustrasi). Hasil survei yang dilakukan Majelis Kesehatan Pengurus Pusat Aisyiyah dalam dua tahun terakhir menyebutkan sebagian besar masyarakat masih menganggap produk Susu Kental Manis (SKM) sebagai produk susu.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sebagian besar masyarakat masih menganggap produk Susu Kental Manis (SKM) sebagai produk susu. Hal itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Majelis Kesehatan Pengurus Pusat Aisyiyah dalam dua tahun terakhir.

Ketua Majelis Kesehatan Pengurus Pusat Aisyiyah Chairunissa  dalam diskusi secara virtual, Selasa (23/6), mengatakan, kondisi ini sangat memprihatinkan. Bahkan, ia menyebutkan, hal ini membutuhkan intervensi dari pemerintah dan berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat.

Baca Juga

Aisyiyah melakukan survei pada 2019 di tiga provinsi yakni Aceh, Kalteng dan Sulut, dengan menyasar 2.700 responden. Hasilnya, satu dari tiga orang ibu itu percaya bahwa SKM merupakan produk susu. 

Padahal, kandungan SKM itu 50 persen merupakan gula yang tidak baik dikonsumsi oleh anak-anak, bahkan usia di bawah 18 tahun. Sebagian besar kalangan ibu-ibu ini terpedaya oleh iklan produk sehingga menyakini bahwa SKM itu merupakan susu yang baik dikonsumsi oleh anak-anak.

 

Berdasarkan hasil survei pula, diketahui bahwa 73 persen responden disesatkan oleh iklan produk tersebut. Sementara, ada pula sebanyak 13 persen yang dipengaruhi hal lain diantaranya edukasi menyesatkan dari petugas kesehatan.

“Lebih mengejutkan lagi, 3 dari 10 anak-anak di provinsi itu meminum SKM setiap hari karena harganya yang murah dan mudah didampatkan di warung-warung,” kata dia dalam Webinar Lindungi Anak Indonesia dari Stunting.

Kemudian, Aisyiyah melanjutkan pada survei kedua yang dilakukan pada 2020 di wilayah Jabodetabek terkait konsumsi SKM di masyarakat. Didapatkan fakta baru, ia melanjutkan, ternyata SKM yang dijual di supermarket dan pasar-pasar tradisional dan modern masih diletakkan dalam satu tempat dengan produk susu dengan persentase mencapai 62,7 persen

Hal ini membuat masyarakat beranggapan bahwa produk SKM ini merupakan produk susu. Apalagi, SKM masih masuk juga dalam katalog dengan penamaan produk susu.

Untuk itu, Aisyiyah meminta pemerintah untuk peduli pada kondisi ini demi tumbuh kembang anak yang menjadi generasi bangsa.

Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia Arif Hidayat mengatakan produk SKM ini memiliki kandungan susu yang sangat sedikit malahan lebih tepat disebut sebagai sirup beraroma susu. Menurutnya, kondisi ini patut menjadi perhatian pemerintah apalagi seorang bayi di Kendari diketahui meninggal dunia karena sejak usia empat bulan mengonsumsi SKM.

Begitu juga dengan kejadian di batam, yang mana ada bayi berusia dua tahun yang nyaris meninggal karena terlalu banyak mengonsumsi gula. “Hal ini juga didukung dengan hasil survei kami yang mana 97 persen ibu-ibu di Kendari memiliki persepsi bahwa SKM adalah susu,” kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement