Rabu 24 Jun 2020 12:22 WIB

Virus Corona di Amerika Latin Renggut 100 Ribu Nyawa

Brasil dan Meksiko mencatatkan kasus infeksi virus corona tinggi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Penanganan pasien Covid-19 di RS lapangan dalam gym di Santo Andre, pinggiran Sao Paulo, Brasil.
Foto: AP
Penanganan pasien Covid-19 di RS lapangan dalam gym di Santo Andre, pinggiran Sao Paulo, Brasil.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Total jumlah kasus kematian terkait virus corona di Amerika Latin tembus 100 ribu. Meski kematian tinggi, ada tanda-tanda isolasi untuk memutus rantai penularan melonggar dengan padatnya kota dan tingginya angka kemiskinan.

Jumlah kasus infeksi dan kematian di Amerika Latin meningkat tajam saat gelombang wabah di Eropa dan Asia mulai surut. Kantor berita Reuters mencatat jumlah infeksi di kawasan itu mencapai 2,2 juta kasus, dua kali lipat dari bulan lalu.

Baca Juga

Pada pekan ini Brasil, negara terbesar dan terpadat Amerika Latin berada di urutan kedua kasus kematian Covid-19 di dunia. Lebih dari 50 ribu pasien Covid-19 di negara itu meninggal dunia. Meksiko juga mencatatkan jumlah kasus infeksi tertinggi dalam satu hari.

Para pakar mengatakan skala pandemi virus corona di Amerika Latin sebenarnya lebih besar lagi. Sebab, sebagian besar negara di kawasan itu gagal menerapkan program tes masif.

Banyak pemerintah di kawasan itu yang mengatakan total jumlah pasien meninggal sebenarnya lebih tinggi lagi. Wakil Menteri Kesehatan Meksiko dan kepala penanggulangan pandemi di negara itu, Hugo Lopez-Gatell mengatakan negaranya akan menjalani perang jangka panjang dengan virus corona.

"Kami harus belajar hidup dengan virus SARS-CoV-2 dan menjalani praktik-praktik kebersihan dan pencegahan secara permanen dalam realita yang baru," kata Lopez-Gatell, Rabu (24/6).

Ia meminta masyarakat Meksiko untuk beradaptasi hidup berdampingan dengan virus. Selain sistem layanan kesehatan yang retak, banyak negara di Amerika Latin harus menghadapi pandemi virus corona dengan kemiskinan.

Banyaknya jumlah pekerja informal yang hidup dengan pemasukan harian mempersulit pemerintah di kawasan itu menerapkan karantina wilayah atau nasional. Pemimpin-pemimpin negara besar seperti Brasil dan Meksiko dikritik karena dianggap tidak menanggapi pandemi dengan serius dan membuka kembali perekonomian sebelum berhasil menjinakan penyebaran virus.

Pada Selasa (23/6) kemarin, Brasil melaporkan 39.436 kasus infeksi dan 1.374 kasus kematian. Sehingga, sudah 1,1 juta orang di negara itu yang terinfeksi virus corona dan lebih dari 52 ribu pasien di antaranya meninggal dunia. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement