Ahad 28 Jun 2020 08:01 WIB

Yunani Tutup Banyak Masjid Begitu Lepas dari Ottoman

Masjid Fethiye di Athena ditutup Yunani dan sempat dijadikan penjara militer.

Rep: Kiki Sakinah/Imas Damayanti/ Red: Elba Damhuri
Masjid Fethiye peninggalan Ottoman Turki di Athena, Yunani.
Foto: Anadolu Agency
Masjid Fethiye peninggalan Ottoman Turki di Athena, Yunani.

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Menemukan Muslim di Athena tidak susah tetapi menemukan masjid di ibu kota Yunani itu susah sekali. Itu adalah perumpamaan yang biasa jadi perbincangan traveler Muslim yang ingin singgah di Athena.

Belakangan ini, Pemerintah Yunani bersikap keras dan mengkritik rencana Turki mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Yunani menganggap rencana itu tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan, universalitas, dan toleransi.

Namun, di balik semua kritik itu, Yunani punya sejarah panjang hingga saat ini sebagai negara yang jauh dari penghormatan terhadap nilai-nilai toleransi. Yunani termasuk negara Eropa yang menutup banyak masjid.

Salah satunya, Pemerintah Yunani menutup masjid bersejarah Masjid Fethiye di Athena begitu lepas dari Ottoman. Bahkan, masjid itu sempat dijadikan barak militer dan toko roti.

Ibu kota Yunani, Athena, memang memiliki jejak bersejarah dari sejumlah kejayaan di antaranya dari era Hellenistik, Romawi, Byzantium, dan Ottoman. 

Yunani pernah berada di bawah kekuasaan Ottoman selama hampir empat abad. Meski demikian, sejumlah sisa peninggalan periode Ottoman itu masih terlihat saat ini.

Masjid Fethiye terletak di tengah-tengah Agora Romawi dekat Tower of the Winds. Masjid ini dibangun pada paruh kedua abad ke-17, yang dilaporkan sekitar 1668-1670.

Dilansir di Anadolu Agency, bagi penduduk Yunani masjid itu dikenal sebagai Masjid Staropazaros (Pasar Gandum) karena lokasinya yang dekat dengan pasar gandum (pazari) di Pasar Romawi. 

Dalam sebuah artikel ilmiah tentang masjid, seorang ahli Belanda tentang arsitektur Ottoman, Machiel Kiel, menulis masjid itu dilaporkan dibangun di atas reruntuhan gereja Kristen.

"Gereja Panaghiatou Staropazarou atau Gereja All Holy (Virgin Mary) dari Wheat Market-stari, di sini menjadi pelafalan sitari (gandum) dalam bahasa Yunani, dan bukan staro ('tua' di Slavic), dikatakan menjadi bangunan Byzantium," tulis Kiel.

Masjid ini dibangun sesuai dengan pola arsitektur 'quatrefoil' atau 'semanggi empat daun' karena kubah pusatnya yang lebar didukung oleh empat kubah kecil dalam tata ruang salib.

Menurut informasi dari Kementerian Kebudayaan Yunani, di dalam masjid di tengah sisi timurnya ada sebuah ceruk kecil, Mihrab, yang mengarah ke arah kota suci Makkah atau kiblat. 

Kiel mengatakan, terdapat bingkai marmer dari pintu masuk portal dan bingkai marmer dari jendela di serambi yang ditutupi dengan prasasti Ottoman yang setengah pudar dan garis puisi. Menurut Kiel, beberapa dari mereka bertanggal.

"Mengutip kedua sistem penanggalan Hijriyah Muslim dan kalender Barat, yang tertua adalah dari 1080 (1669-70). Yang lain mengikuti waktu," ujarnya.

Tanggal-tanggal tersebut sangat menunjukkan nama bangunan itu dikaitkan dengan penaklukan terakhir Kreta oleh Ottoman. Kiel merujuk pada 1669, yang menjadi tahun di mana pasukan Venesia kehilangan pulau Yunani yang jatuh ke Ottoman setelah pengepungan yang panjang.

Setelah Yunani memperoleh kemerdekaan pada 1830, masjid tersebut secara berturut-turut digunakan sebagai penjara militer, barak, sekolah (mulai 1824) dan toko roti militer (mulai 1800-an). 

BACA JUGA: Saat Masjid-Masjid di Yunani Tak Boleh untuk Sholat Lagi

Kini, bekas masjid ini menjadi tempat penting, yakni sebagai monumen peninggalan Kekaisaran Ottoman.

Masjid-masjid bersejarah itu terkadang menjadi tempat pameran arkeologi dan sejarah.

BACA JUGA: Pemerintah Yunani: Hagia Sophia Tidak Boleh Jadi Masjid

 

 

sumber : Anadolu Agency/Huriyyet/Ahvalnews/OrthodoxTimes
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement