Senin 29 Jun 2020 17:20 WIB

UMKM Ada 64 Juta, Kontribusi Ekspor Hanya 14 Persen

UMKM harus memanfaatkan digitalisasi untuk mempercepat ekspor.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Perajin melukis dengan media tas di industri rumahan desa Gelam, Candi, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (23/6/2020). ilustrasi ANTARA FOTO/Umarul Faruq/hp.
Foto: Antara/Umarul Faruq
Perajin melukis dengan media tas di industri rumahan desa Gelam, Candi, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (23/6/2020). ilustrasi ANTARA FOTO/Umarul Faruq/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontribusu sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia terhadap kegiatan ekspor masih terbilang kecil. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan, rata-rata kontribusi ekspor sejauh ini hanya 14 persen dari total nilai ekspor nasional per tahun.

"Jumlah UMKM ada 64 juta lebih, kontribusi ke produk domestik bruto (PDB) menapai 61 persen. Tapi, kontribusi ekspornya hanya 14 persen. Ini menjadi catatan kita," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Kasan Muhri dalam sebuah diskusi virtual, Senin (29/6).

Baca Juga

Kasan mengatakan, pasar dalam negeri memang cukup besar karena jumlah populasi Indonesia yang sudah mencapai 269 juta jiwa. Hanya saja, tentu pangsa pasar ekspor jauh lebih besar di mana populasi dunia mencapai 7,4 miliar jiwa.

Pada era saat ini, UMKM harus lebih memanfaatkan digitalisasi untuk bisa melakukan percepatan hingga ke tahap ekspor. Apalagi, momen pandemi Covid-19 cukup berpengaruh pada perubahan ke arah digital yang jauh lebih cepat.

Hanya saja, Kasan tak menampik UMKM di Indonesia memiliki banyak masalah. Di mulai dari kapasitas produksi yang terbatas, kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni, serta akses modal.

Selain itu, masalah sertifikasi kerap menjadi masalah. UMKM belum dapat membuat sertifikasi dari negara tertentu bila antar negara belum ada kesepakatan transaksi.

Kasan mengatakan, Kemendag sejauh ini sudah menyediakan platform Ina Export untuk membantu pelaku usaha dalam melakukan kegiatan ekspor. Platform tersebut setidaknya membantu para pelaku UMKM terdaftar untuk mengakses berbagai layanan dimulai dari produk katalog, informasi calon pembeli, serta pelatihan.

"Pemerintah juga memiliki export coaching program, yaitu pendampingan pelaku usaha berorientasi ekspor. Sejak 2010, sudah menghasilkan 735 alumni dengan hasil 149 eksportir baru," katanya.

Oleh sebab itu, Kasan mengatakan, hal utama yang harus terus dilakukan saat ini yakni meningkatkan kemampuan UMKM melalui berbagai pelatihan serta virtual business matching. Sementara berbagai pelatihan terus digelar, Kemendag sudah menggagendakan beberapa pertemuan virtual antara UMKM dan calon pembeli.

"Kita harus menjadi fasilitator pelaku UMKM karena ke depan pendorong perekonomian adalah teknologi digital," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement