Rabu 01 Jul 2020 17:44 WIB

Cerita Muchlis Hanafi Soal Kegagapan Langgam Alquran

Muchlis Hanafi mengisahkan kegagapan umat tentang langgam Alquran.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Kepala LPMQ Muchlis M Hanafi mengisahkan kegagapan umat tentang langgam Alquran.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kepala LPMQ Muchlis M Hanafi mengisahkan kegagapan umat tentang langgam Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kementerian Agama (Kemenag) masih banyak yang belum mengenal ragam mushaf dan qiraat atau langgam membaca Alquran. 

Selain kalangan awam mereka yang dianggap sebagai ustadz dan diulamakan belum banyak mengetahui bahwa begitu banyak ragam mushaf dan qiraat Alquran. 

Baca Juga

"Bukan hanya terjadi di kalangan awam ya, tetapi juga terjadi di kalangan orang-orang yang "diustadzkan" bahkan dipandang sebagai ulama," kata Kepala LPMQ Kemenag, Dr Muchlis Muhammad Hanafi, saat mengawali kajian dan diskusi virtual dengan teman "Tanda Waqaf dalam Mushaf Standar Indonesia", yang digelar Rabu (1/7).  

Untuk itu, Muchlis mengajak bersama-sama mencermati penyebaran mushaf Alquran terutama di dunia Islam, agar dapat memahami bahwa begitu banyak ragam mushaf dan bacaan Alquran yang tersebar. "Di Indonesia kita hanya mengenal qiraat yang dari riwayat Imam Hafs dari Ashim," ujarnya.

Kajian ini, menurut dia, dilakukan agar dapat mengetahui sedikit tentang sejarah penyebaran mushaf dan qiraat Alquran. Apalagi di Indonesia sempat terjadi peristiwa yang menghebohkan dunia maya, karena ada seorang santri menunjukan mushaf yang dipandangnya keliru telah tersebar di Indonesia. 

"Dia tunjukkan hati-hati ada mushaf Alquran yang keliru beredar ini sesat dan menyesatkan," kata Muchlis meniru perkataan santri yang viral di media sosial. 

Muchlis menyampaikan, bahwa seorang santri itu telah menunjukan satu persatu contoh huruf Alquran yang dipandangnya keliru dan dapat menyesatkan umat Islam di Indonesia. Dia mencontohkan misalnya mengapa tulisannya antara 'fa' dan 'qaf' Alquran itu titiknya cuma satu di atas kemudian yang qaf itu titiknya satu di bawah.

"Itu viral di beberapa media sosial beberapa waktu yang lalu dan sudah kita respons kita berikan tanggapan, bahwa sesungguhnya itu bukanlah kesalahan tetapi yang dia rujuk dan dia tunjukkan itu adalah mushaf yang ditulis dengan riwayat Warys. Qiraat Imam Nafi itulah mushaf yang populer digunakan di Maroko dan sekitarnya," katanya

Apa yang terjadi pada santri itu menunjukan ketidakpahaman ini, bukan hanya terjadi di kalangan awam saja, tetapi  juga terjadi di kalangan orang-orang yang telah dianggap ustadz dan orang yang sudah dipandang sebagai ulama. 

Perisitwa yang sama juga, kata dia, terjadi pada tahun 2017. Dia bercerita, dirinya bersama KH Ahsin Sakho Muhammad menghadapi serombongan tamu yang menunjukkan sebuah mushaf yang menurutnya keliru. Pimpinan rombongan itu protes mengapa Kementerian Agama membiarkan mushaf ini beredar karena akan menyesatkan.  

Lalu, kata Muchlis, pimpinan romobongan itu mebacakan mushaf itu dan mushaf itu memiliki kover yang bagus. Saat dibacakan mushaf yang dikatakan keliru itu, Muchlis mengaku ketika mendengar yang dibacakan itu dia, bersama Kiyai Ahsin, Alm KH Ali Mustafa Yaqub tersenyum dan menyampaikan demikian: 

"Bahwa itu ternyata apa yang dikatakan salah itu bukanlah salah. Tetapi mushaf itu ditulis berdasarkan qiraat yang lain yang tidak populer di Indonesia," katanya.

Muchlis menyampaikan kepada rombongan bahwa mushaf yang dianggal keliru itu tidak keliru tetapi ditulis berdasarkan riwayat Qalun dari Nafi’. Di mana riwayat Qalun dari Nafi’ ini tidak populer di Indonesia tetapi populer di Libya, Tunisia, dan Aljazair.    

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement