Kamis 02 Jul 2020 09:22 WIB

Vatikan Prihatin Atas Rencana Israel Caplok Tepi Barat

Pencaplokan persulit proses pencapaian perdamaian antara Israel dan Palestina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Pandangan pemukiman Yahudi Tepi Barat.Vatikan menyebut pencaplokan kian mempersulit proses pencapaian perdamaian antara Israel dan Palestina.Ilustrasi.
Foto: AP / Oded Balilty
Pandangan pemukiman Yahudi Tepi Barat.Vatikan menyebut pencaplokan kian mempersulit proses pencapaian perdamaian antara Israel dan Palestina.Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY — Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Pietro Parolin mengungkapkan keprihatinan atas rencana pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat dan Lembah Yordan oleh Israel. Menurutnya hal itu akan kian mempersulit proses pencapaian perdamaian antara Israel dan Palestina.

Dalam pernyataan yang dirilis Vatikan pada Rabu (1/7), Parolin disebut telah memanggil dan bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Vatikan Callista Gingrich serta Duta Besar Israel untuk Vatikan Oren David. Pada kesempatan yang tak biasa itu, Parolin menyampaikan keprihatinannya perihal rencana pencaplokan Tepi Barat.

Baca Juga

Menurut Parolin, selain mengancam solusi perdamaian Israel-Palestina, pencaplokan Tepi Barat dapat memantik situasi yang lebih sulit di Timur Tengah. “Israel dan Negara Palestina memiliki hak untuk eksis dan hidup dalam perdamaian serta keamanan, dalam batas-batas yang diakui secara internasional,” kata Vatikan dalam pernyataannya.

Vatikan mengimbau warga Israel dan Palestina melakukan segala upaya yang dimungkinkan untuk membuka kembali proses negosiasi langsung. Hal itu harus dilakukan berdasarkan resolusi PBB yang relevan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengagendakan pencaplokan Tepi Barat pada Rabu (1/7). Namun dia memutuskan menundanya. Netanyahu mengisyaratkan masih menjalin komunikasi dengan AS.

Netanyahu tak menampik bahwa pencaplokan Tepi Barat merupakan proses yang rumit. Terdapat banyak pertimbangan diplomatik dan keamanan yang tidak dapat dia bahas secara publik. "Kami mengatakan bahwa (pencaplokan) akan terjadi setelah 1 Juli,” ujarnya.

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh telah mengatakan rencana pencaplokan Tepi Barat oleh Israel merupakan ancaman eksistensial bagi rakyat Palestina. Dia meminta negara-negara Eropa memimpin negosiasi perdamaian multilateral.

“Pencaplokan Tepi Barat adalah penghancuran sistematis negara Palestina di masa depan. Tapi tak hanya itu, ini adalah ancaman eksistensial bagi Palestina sebagai sebuah bangsa,” kata Shtayyeh pada Senin (29/6) lalu dikutip laman Arab News.

Dia menjelaskan jika Israel melanjutkan rencananya, hal itu akan menjadi awal ekspansi Israel yang jauh lebih luas dan mengancam hampir semua tanah Palestina. “Aneksasi ini adalah aneksasi merayap (bertahap) yang hanya akan berakhir dengan Israel menelan semua Tepi Barat. Ini akan meninggakan Palestina hanya dengan Gaza,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement