Kamis 02 Jul 2020 13:09 WIB

Turki Minta AS tak Ikut Campur Soal Status Hagia Sophia

Turki sebut melindungi semua aset budayanya termasuk Hagia Sophia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Museum Hagia Sophia di Turki. Turki Minta AS tak Ikut Campur Soal Status Hagia Sophia. Ilustrasi.
Museum Hagia Sophia di Turki. Turki Minta AS tak Ikut Campur Soal Status Hagia Sophia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo yang mendesak Ankara untuk mempertahankan status Hagia Sophia sebagai museum. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Hami Aksoy mengatakan bahwa Turki melindungi semua aset budayanya termasuk Hagia Sophia.

"Kami terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh Departemen Luar Negeri AS tentang Hagia Sophia. Kami melindungi semua aset budaya termasuk Hagia Sophia, tanpa diskriminasi dalam kerangka tradisi toleransi dari budaya dan sejarah kita," ujar Aksoy.

Baca Juga

Aksoy mengatakan semua masalah tentang Hagia Sophia adalah urusan internal negara sebagai bagian dari hak kedaulatan Turki. Menurutnya, siapa pun tidak berhak ikut campur dalam penentuan kedaulatan sebuah negara.

"Hagia Sophia, yang terletak di tanah kami adalah milik Turki, seperti semua aset budaya kami. Setiap orang bebas mengekspreskan pendapatnya, namun siapa pun tidak berhak berbicara mengenai kedaulatan kami dengan kata-kata, 'kami mendesak' atau 'kami menuntut'," ujar Aksoy.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak Turki untuk mempertahankan status Hagia Sophia sebagai museum. Pompeo mengatakan pemerintah Turki telah mengelola Hagia Sophia sebagai museum yang secara resmi diakui oleh UNESCO.

"Status museum harus dipertahankan sebagai contoh komitmen (Turki) untuk menghormati tradisi agama dan sejarah yang beragam, yang berkontribusi pada Turki," ujar Pompeo.

Pompeo menyebut status Hagia Sophia sebagai museum dapat membuka akses bagi masyarakat di seluruh dunia untuk mengunjungi tempat tersebut dan merefleksikan sejarah. Pompeo menambahkan, AS memandang bahwa perubahan status Hagia Sophia dapat mengurangi nilai warisan yang terkandung dalam bangunan tersebut.

"Amerika Serikat menilai perubahan dalam status Hagia Sophia dapat mengurangi nilai warisan dalam bangunan yang luar biasa ini dan sangat langka di dunia modern, untuk melayani umat manusia sebagai jembatan yang sangat dibutuhkan antara mereka yang berbeda tradisi agama dan budaya," kata Pompeo.

Hagia Sophia awalnya dibangun sebagai katedral Bizantium pada tahun 537, diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman di Istanbul pada 29 Mei 1453. Kemudian Hagia Sophia menjadi museum pada 1935 di bawah kepresidenan Mustafa Kemal Ataturk.

Selama bertahun-tahun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan telah berulang kali menyarankan mengubah situs warisan dunia UNESCO menjadi masjid lagi. Hasil survei menunjukkan mayoritas warga Turki menginginkan perubahan menjadi masjid ini, yang banyak menimbulkan kekhawatiran Yunani.

Pengadilan tertinggi Turki akan memutuskan status Hagia Sophia pada 2 Juli. Sejumlah pihak mendukung kebijakan Turki bahkan ada usulan untuk menjadikan tempat ibadah Islam dan Kristen.

https://www.aa.com.tr/en/politics/turkey-slams-pompeo-over-hagia-sophia-remarks/1896687

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement