Kamis 02 Jul 2020 18:07 WIB

AS Sita Produk Rambut Manusia Diduga dari Muslim Uighur

Muslim Uighur ditahan di kamp-kamp kerja paksa di Xinjiang barat, China.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
AS Sita Produk Rambut Manusia Diduga dari Muslim Uighur. Menara penjaga dan pagar kawat berduri mengelilingi fasilitas penahanan di Kunshan Industrial Park, Artux, Xinjiang.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
AS Sita Produk Rambut Manusia Diduga dari Muslim Uighur. Menara penjaga dan pagar kawat berduri mengelilingi fasilitas penahanan di Kunshan Industrial Park, Artux, Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- Pemerintah federal Amerika Serikat telah menyita kiriman produk rambut manusia yang diduga diambil dari rambut Muslim Uighur yang ditahan di kamp-kamp kerja paksa di provinsi Xinjiang barat, China.

Pejabat Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS mengatakan, sebanyak 13 ton (11,8 metrik ton) produk tenun dan produk rambut lainnya senilai sekitar 800 ribu dolar ada dalam kiriman tersebut. CBP memerintahkan untuk menahan barang-barang dari perusahaan produk rambut Meixin Lop County itu dengan alasan menggunakan penjara dan kerja paksa, termasuk anak-anak.  

Baca Juga

"Produksi barang-barang ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat serius, dan perintah penahanan dimaksudkan untuk mengirim pesan yang jelas dan langsung ke semua entitas yang ingin melakukan bisnis dengan Amerika Serikat bahwa praktik ilegal dan tidak manusiawi tidak akan ditoleransi dalam rantai pasokan AS," kata asisten komisaris eksekutif di kantor perdagangan CBP, Brenda Smith, dilansir di The Guardian, Kamis (2/7).

CBP mengatakan, semua importir AS bertanggung jawab mengonfirmasi rantai pasokan mereka bebas dari kerja paksa, dan memastikan asal dan kualitas barang yang diimpor sesuai dengan undang-undang AS. Bisnis AS diminta berhati-hati mengimpor barang melalui rantai pasokan yang melibatkan kerja paksa atau penjara di Xinjiang dan tempat lain di China.

Ini adalah kedua kalinya tahun ini, CBP telah mengeluarkan perintah penahanan pada pengiriman produk rambut dari China. Pasalnya, produk rambut itu dicurigai dibuat oleh orang-orang yang menghadapi pelanggaran hak asasi manusia.

Pengiriman pada Rabu itu dilakukan oleh perusahaan produk rambut Lop County Meixin Hair Product Co Ltd. Sebelumnya pada Mei lalu, penahanan serupa dilakukan pada produk rambut dari Hetian Haolin Hair Accessories Co Ltd. Meskipun, CBP mengatakan tenun tersebut sintetis dan bukan rambut manusia.

Kedua perusahaan eksportir tersebut berada di wilayah Xinjiang barat jauh di China. Di wilayah tersebut, pemerintah China telah menahan sekitar satu juta atau lebih warga etnis minoritas Turki selama empat tahun terakhir.

photo
Presiden Donald Trump sahkan UU Uighur - (Republika)

Para tahanan Uighur itu ditahan di kamp-kamp interniran dan penjara. Di sana, mereka dikenakan disiplin ideologi, dipaksa mencela agama dan bahasa mereka, dan disiksa secara fisik. Pemerintah China melakukan itu dengan alasan mencurigai warga Uighur, yang sebagian besar Muslim, menyembunyikan kecenderungan separatis karena budaya, bahasa, dan agama yang berbeda.

Laporan oleh AP dan kantor berita lainnya telah berulang kali mengungkap, orang-orang di dalam kamp dan penjara Xinjiang, dipaksa membuat pakaian olahraga dan pakaian lain untuk berbagai merek-merek terkenal AS. Para aktivis menyebut kamp penahanan itu sebagai 'pabrik hitam'.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menyatakan tidak ada kerja paksa atau penahanan terhadap etnis minoritas. Pada Desember lalu, otoritas Xinjiang mengumumkan kamp-kamp telah dituutp dan semua tahanan telah 'lulus'.

Namun, klaim itu tampaknya sulit dibenarkan secara independen. Pemerintah China sendiri memberlakukan pengawasan ketat dan pembatasan pelaporan di wilayah tersebut.

Di sisi lain, sejumlah warga Uighur dan Kazakh mengatakan kepada AP kerabat mereka telah dibebaskan. Namun, banyak pula yang mengatakan orang-orang yang mereka cintai tetap ditahan, dijatuhi hukuman penjara atau dipindahkan ke tempat kerja paksa di pabrik-pabrik.

Seorang aktivis Amerika Uighur, Rushan Abbas, menanggapi soal pengiriman produk rambut dari China tersebut. Ia mengatakan, wanita yang menggunakan rambut tenun harus memikirkan tentang siapa yang mungkin membuat produk tersebut. Rushan sendiri memiliki saudara perempuan yang hilang di China hampir dua tahun lalu dan diyakini dikurung di kamp penahanan Xinjiang.

"Ini sangat memilukan bagi kita. Saya ingin orang berpikir tentang perbudakan yang dialami orang-orang saat ini. Adikku sedang duduk di suatu tempat dan dipaksa untuk membuat apa, potongan rambut?" ujar Rushan Abbas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement