Jumat 03 Jul 2020 22:35 WIB

Pasien Covid-19 di Prancis Alami Ereksi Berkepanjangan

Penggumpalan darah membuat pasien Covid-19 alami ereksi berkepanjangan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit merawat pasien yang diduga terpapar virus corona.
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit merawat pasien yang diduga terpapar virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pria berusia 62 tahun dengan infeksi virus corona Covid-19 dilaporkan mengalami ereksi selama empat jam. Laporan kasus ini diterbitkan oleh American Journal of Emergency Medicine, dilansir Forbes, Jumat (3/7).

Ereksi berkepanjangan tidaklah termasuk dalam 12 gejala Covid-19 yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat Ereksi yang berlangsung selama lebih dari empat jam bukanlah hal yang baik.

Baca Juga

Kondisi tersebut dikenal sebagai priapisme, yang didefinisikan sebagai ereksi penis yang berkepanjangan.  Seperti yang dijelaskan oleh American Urological Association, ada dua tipe umum priapisme, yakni saat darah tidak dapat meninggalkan penis (priapisme iskemik) dan ketika aliran darah ke penis tidak diatur dengan baik (priapisme non-iskemik).

Darah di pembuluh darah penis harus bersirkulasi untuk mempertahankan aliran darah dan mengirim oksigen ke penis. Oleh karena itu, priapism iskemik adalah keadaan darurat medis karena penis tidak dapat berdiri tegak selama itu karena bisa menyebabkan kerusakan jaringan.

Sebuah tim dari Centre Hospitalier de Versailles di Le Chesnay, Prancis, di dekat Paris, menulis laporan kasus ini. Mereka mengungkapkan pria itu pertama kali ke dokter karena mengalami demam, batuk kering, diare, dan mual. Padahal, dia tampaknya dalam keadaan sehat.

photo
Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Dokter meresepkannya antibiotik, tetapi dua hari kemudian lelaki itu mulai mengalami sesak napas parah. Dia akhirnya mengalami gagal pernapasan dan harus dirawat di rumah sakit dan memakai ventilator.

Tekanan darah pria itu juga anjlok, membutuhkan cairan intravena dan obat-obatan untuk mempertahankan tekanan darah yang normal. Berdasarkan catatan, hasil pemindaian computed tomography (CT) dadanya menunjukkan apa yang digambarkan sebagai "susunan pola aneh" di paru-parunya, yang merupakan deskripsi yang menarik.

Faktanya, keberadaan "susunan pola aneh" mengindikasikan adanya hal buruk di paru. Pengujian sampel cairan paru pasien menunjukkan terjadinya sindrom pernapasan akut yang parah dari virus corona 2 (SARS-CoV2), penyebab Covid-19.

Menurut laporan kasus, pemeriksaan fisik mengungkapkan priapisme yang sebelumnya tidak teridentifikasi. Ini pada dasarnya berarti bahwa tidak ada yang memerhatikan ereksi sebelum pemeriksaan fisik.

Dokter mencoba meletakkan kompres es di penis pasien, tetapi tidak berhasil. Ketika masalahnya hampir terjadi selama empat jam, para dokter memutuskan untuk membuat rencana. Untungnya, itu tidak terlalu sulit untuk dipecahkan. Mereka menusukkan jarum ke pembuluh darah penis pasien dan mengambil sampel darah untuk pengujian.

Priapisme bisa menjadi kondisi yang sangat menyakitkan. Jadi bisa saja jarum tertancap di penis Anda. Tetapi pasien menggunakan ventilator dan dengan demikian, ia dibius selama pengobatan.

Sampel darah memiliki gumpalan darah gelap, karbon dioksida tinggi dan kandungan oksigen rendah. Ini konsisten dengan priapisme iskemik atau aliran rendah. Iskemia pada dasarnya berarti tidak mendapatkan cukup darah ke bagian tubuh tertentu.

Darah mungkin tidak mengalir keluar dari penisnya karena gumpalan darah menghalangi jalan keluar. Ketika darah tetap berada di tempat yang sama dan tidak dapat kembali ke paru-paru, ia akan kehabisan oksigen dan semakin banyak mengandung karbon dioksida.

Para dokter menyuntikkan obat ethylephrine ke penis pasien. Obat ini dapat menstimulasi saraf simpatik di daerah itu, yang pada gilirannya dapat merelaksasi pembuluh darah di penis.

Kemudian dokter juga memberinya 40 mg pengencer darah enoxaparin dua kali sehari untuk membantu mencegah pembekuan darah lebih lanjut. Akhirnya, setelah 14 hari, para dokter dapat melepaskan ventilator.

Gumpalan darah

Mengapa pria tersebut mengalami gumpalan darah, padahal dia tidak memiliki riwayat seperti itu sebelum kena Covid-19? Belakangan, semakin banyak laporan tentang pasien dengan infeksi virus corona Covid-19 yang menderita pembekuan darah.

Covid-19 dapat menyebabkan pembekuan darah karena tiga alasan.  Salah satunya adalah hiperviskositas darah, yang berarti darah pada dasarnya semakin kental sehingga tidak mengalir dengan lancar. Ketika sistem kekebalan Anda bereaksi terhadap virus, itu dapat menghasilkan lebih banyak sel darah putih dan bahan kimia dalam darah, membuat darah Anda lebih tebal dan lengket. Mendorong darah lengket melalui pembuluh bisa seperti mendorong selai kacang ke hidung, bisa macet.

Penyebab lainnya adalah hiperkoagulabilitas. Zat kimia yang diproduksi oleh respons sistem kekebalan juga dapat membuat pembekuan darah lebih mudah.

Yang ketiga adalah disfungsi endotel. Endothelium adalah lapisan sel yang melapisi bagian dalam pembuluh darah. Zat kimia yang diproduksi oleh reaksi kekebalan Anda juga dapat menyebabkan sel-sel ini rusak. Kerusakan seperti itu dapat membuat gumpalan darah lebih mudah terbentuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement