Selasa 07 Jul 2020 21:40 WIB

Indahnya Tasamuh, Sikap Seorang Haji Mabrur

Tasamuh termasuk barometer keimanan seorang Muslim.

Indahnya Tasamuh, Sikap Seorang Haji Mabrur
Foto: Amr Nabil/AP
Indahnya Tasamuh, Sikap Seorang Haji Mabrur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat dalam jamuan Allah SWT di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, jamaah haji Indonesia melihat Islam sebagai agama mereka yang penuh warna. Tidak hanya warna kulit, namun warna bahasa, dialek, praktik keagamaan dan banyak hal lain.

Bila muslimin di Indonesia sering bersitegang seputar masalah furu'iyah (non-prinsipil) seperti qunut, cara sedekap saat shalat, jari telunjuk yang digerakkan atau diam saat tahiyyat dan lain-lain. Di sana, di kedua masjid yang mulia itu, tidak satu pun di antara jamaah haji yang hadir sibuk membahas tentang ini yang paling betul dan itu kurang betul.

Baca Juga

Semuanya berjalan dengan keberagaman yang indah. Tidak saling menyalahkan dan adanya kebebasan dalam praktik bermadzhab membuat rahmat dalam ikhtilaf (perbedaan) terlihat begitu indah.

Nyatanya, mayoritas jamaah haji Indonesia yang bermadzhab Syafi'i, begitu mereka melakukan tawaf di Baitullah mereka menggunakan madzhab imam yang lain yang berpendapat bahwa bersentuhan dengan lawan jenis tidaklah membatalkan wudhu. Begitulah seharusnya seorang jemaah haji mengambil satu pelajaran penting dari hidup keberagaman saat mereka beribadah di tanah suci bahwa mereka perlu memiliki sifat At Tasaamuh (toleransi) terhadap orang lain yang menjadi saudaranya sendiri, sehingga memandang siapa saja seperti kita memandang diri sendiri.

At Tasamuh atau toleran terhadap orang lain dalam sebuah hadits baginda Rasul termasuk barometer keimanan dari seorang Muslim. Beliau bersabda, "Iman yang paling baik adalah bersabar dan bersikap toleransi." Shahih Al Jami' 1097.

Tidak hanya sebagai barometer keimanan, At Tasaamuh akan membuat seseorang dicintai oleh Tuhannya, sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan, "Sesungguhnya Allah mencintai keramahan dalam segala urusan."Shahih Al Jami' 1881. Ia juga akan meraih pertolongan Allah SWT, "Sesungguhnya Allah Maha Peramah, mencintai keramahan, meridhainya, menolongnya dan Dia tidak menolong kebengisan." Shahih Al Jami' 1770.

Maka At Tasaamuh bagi seorang jamaah haji terefleksi dari keramahan dan kemurahan hatinya. Seperti saat berada di Masjidil Haram atau Nabawi dengan begitu mudah ia mempersilakan orang yang ingin menumpang sholat. Begitu ringan ia bersedekah.

Sigap membantu saudaranya seiman yang kesulitan. Maka At Tasaamuh adalah bagian penting dari kemabruran seorang jamaah haji, yang senantiasa berharap keridhaan Tuhannya.

Itulah gambaran sifat At Tasaamuh yang perlu dimiliki seorang jamaah haji. Dalam haditsnya Rasulullah SAW menyatakan, "Barangsiapa yang memudahkan orang yang kesulitan maka Allah memudahkannya di dunia dan akhirat." HR. Bukhari & Muslim. Semoga jamaah haji Indonesia dapat mempertahankan nilai baik dari At Tasaamuh ini sebagaimana sering mereka praktikkan di Tanah Suci.

 

sumber : Arsip Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement