Rabu 08 Jul 2020 06:21 WIB

Saat Allah Murka kepada Penduduk Kota Sodom Pelaku LGBT

Penduduk Kota Sodom yang menjadi pelaku LGBT menentang dakwah Nabi Luth.

Rep: Rahayu Marini Hakim/ Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi  LGBT
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi LGBT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah perusahaan ternama di Indonesia, Unilever dikabarkan mendukung gerakan LGBT. Karena hal itu, umat Islam di Indonesia menyerukan memboikot produk-produk dari perusahaan tersebut. Lantas, bagaimana sebenarnya akar sejarah perbuatan LGBT yang dikutuk oleh Allah tersebut.

Awal perbuatan menyukai sesama jenis terjadi di era kaum Nabi Luth alahis salam. Luth saat belum menjadi nabi ikut hijrah pamannya, Nabi Ibrahim alahis salam ke Negeri Syam. lalu Nabi Ibrahim meminta Luth menetap di Kota Sodom dan berdakwah di sana.

Baca Juga

Penduduk di Kota Sodom memiliki akhlak sangat buruk. Mereka sangat suka mabuk dan banyak yang menjadi penyamun, merampok harta orang di jalan. Kaum laki-laki di Kota Sodom juga menyukai sesama laki-laki. Tak ada yang mau menikah dengan perempuan. Seperti dilansir dari buku 25 Kisah Nabi dan Rasul karya Aan Wulandari, perbuatan keji ini belum pernah dilakukan oleh manusia sebelumnya.

Allah lalu mengangkat Luth menjadi nabi dan berdakwah untuk kaum Sodom. Sayangnya seruan Nabi Luth tidak diterima kaum Sodom. Mereka bahkan menyebut Nabi Luth sok suci, mereka berkata, “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih,” (QS. An-Naml (27):56).

Nabi Luth tidak pernah berputus asa dan tetap mengingatkan kaum Sodom untuk bertaubat bahkan mengingatkan siksa Allah yang pedih. Namun mereka semakin menjadi-jadi melakukan kemaksiatan, bahkan menantang untuk didatangkan azab.

Nabi Luth pun berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. Al-Ankabut (29);30).

Suatu sore Nabi Luth kedatangan tiga orang tamu yang berwajah tampan dan berbadan tegap. Ketiga tamunya yang berparas tampan membuat Nabi Luth sangat khawatir, mengingat kaumnya yang menyukai laki-laki. Maka nabi Luth mencoba menyembunyikan mereka.

Dilansir buku LGBT dalam Tinjauan Fikih karya M.R. Rizikin, M.Pd. disebutkan ketiga tamu tersebut sebenarnya merupakan malaikat Jibril, Mikail dan Isrofil yang menyamar menjadi manusia dengan rupa tampan tak termaafkan.

Awalnya mereka menemui salah satu putri Nabi Luth di tepi kota saat sedang mengambil air. Mereka menyebut sedang mencari tempat untuk beristirahat, maka sang putri langsung memberi tahu Nabi Luth kalau ada tiga pria tampan yang datang ke Kota Sodom.

Sayangnya istri Nabi Luth yang juga menyukai sesama jenis berkhianat. Ia memberi tahu penduduk Kota Sodom jika suaminya kedatangan tiga pria dengan wajah sempurna.

Penduduk Kota Sodom pun memaksa Nabi Luth menyerahkan ketiga tamunya. Namun, Nabi Luth bergegas mengunci pintu, seraya menasehati kaumnya yang berusaha mendobrak untuk memaksa masuk ke dalam rumah.

Para malaikat mengatakan , “Wahai, Luth! Sesungguhnya kami adalah para utusan Rabb-mu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu."

Kemudian malaikat Jibril memukul wajah penduduk Kota Sodom satu per satu dengan satu kepakan sayapnya sehingga mereka terlempar sangat jauh dan matanya menjadi buta. Nabi Luth yang diterpa rasa bimbang diminta segera keluar dari Kota Sodom. Ketiga malaikat itu mengatakan akan melumat kota bersama kaumnya. Mereka berkata, “Pergilah dengan membawa keluargamu pada akhir malam, jangan ada seorang pun yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab seperti yang menimpa kaummu. Sungguh, azab itu di waktu Subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (QS Hud (11):81).

Azab dari Allah pun tiba, Kota Sodom diangkat ke atas hingga berada di antara langit dan bumi. Sampai terdengar suara burung di udara, kemudian tanah dijungkirbalikkan dan dijatukan lagi ke bumi. Bersamaan dengan itu dikirimkannya batu dari tanah yang terbakar.

Batu tersebut sudah diberi tanda oleh Allah berupa tulisan nama orang yang dituju untuk dihantam menggunakan batu tersebut. Tak ada seorangpun yang selamat di kota itu. Semua mendapatkan siksaan yang sangat pedih dari allah akibat perbuatannya.

Sebagai pelajaran bagi kaum selanjutnya, desa tempat tinggal kaum Sodom berubah menjadi danau. Aroma danau ini sangat tidak sedap, bau busuk tercium hingga airnya tidak bisa dimanfaatkan. Tanah di sekitarnya kering dan tandus, tak ada tanaman yang bisa tumbuh di sana.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Dr Anwar Abbas yang menjadi teman diskusi Republika mengatakan perbuatan tersebut baru dilakukan kaum Sodom. Para pria yang menyukai sesamanya dan begitu pula para wanita, hingga azab datang kepada mereka.

“Jadi belum ada praktik tersebut sebelumnya, di kisah nabi Luth baru terjadi. Laki-laki mencintai laki-laki begitu pula perempuan, sudah dinasehati oleh nabi Luth sampai istrinya pun ikut terlibat tidak mau mendengarkan nasihat nabi (ketika didatangi tamu). Akhirnya murka tuhan turunkan, bumi dibalik. Gak ada yang lolos kecuali yang beriman,” ujarnya.

Anwar berpendapat hal tersebut juga bisa datang di Indonesia jika umat membiarkan praktik LGBT merajalela. "Allah maha melihat, sehingga ketika melihat umatnya melakukan tindakan yang keterlaluan maka bukan hal yang tidak mungkin Allah menurunkan azabnya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement