Kamis 09 Jul 2020 16:33 WIB

Syarat Agar Bacaan Alquran Mampu Meresap Kalbu

Terdapat syarat agar membaca Alquran bisa meresap kalbu.

Terdapat syarat agar membaca Alquran bisa meresap kalbu.  Ilustrasi Membaca Alquran
Foto: dok. Republika
Terdapat syarat agar membaca Alquran bisa meresap kalbu. Ilustrasi Membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof KH Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal

Bagi kalangan arifin, bukan hanya membaca surat al-Fatihah pada setiap rakaat secara utuh, tetapi juga sedapat mungkin memahami makna keseluruhan ayatayatnya. Mereka menyarankan agar orang yang sholat betul-betul memahami makna lahir dan makna batin ayat demi ayat yang dibaca di dalam sholat.

Baca Juga

Sulit dibayangkan seseorang akan meresapi hakikat dan makna sholat tanpa memahami dan menghayati makna surat ini. Bagi kalangan sufi, Alquran memiliki makna lahir dan makna batin, sebagaimana disebutkan dalam hadits: "Setiap ayat memiliki makan lahir, batin, ketentuan, dan dan cara pembacaan". Ibn 'Ajibah mengomentari hadits ini sebagai berikut:

Ketahuilah bahwa sesungguhnya Alquran memiliki makna dhahir bagi ahli dhahir dan makna batin bagi ahli batin. Penafsiran ahli batin tidak bisa dirasakan kecuali sesama ahli batinorang lain tidak memahaminya dan ingatannya tidak benar sampai mendapatkan penjelasan secara lahiriah, kemudian ia mendapatkan petujuk dari ahli bathin dengan penjelasan sederhana dan terbatas.

 

Barang siapa yang tidak sampai pemahamannya untuk merasakan rahasia-rahasia itu maka diterima saja, karena sesungguhnya pengetahuan tentang berbagai perasaan berada di belakang lingkaran akal, tidak sanggup untuk menemukan keabsahan wahyu.

Untuk memahami kedalaman makna Alquran disyaratkan para pembacanya betul-betul di dalam keadaan bersih dari hadas besar dan hadas kecil, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat: 

 لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

“Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” (QS al-Waqi'ah [56]: 79).

Cara menbersihkan dan menyucikan diri di dalam Islam tergantung jenis kotoran dan noda apa yang pernah dilakukan. Jika dalam keadaan normal, kita hanya diminta berwudhu atau tayamum jika tidak ada air atau karena ada sebab lain. Jika dalam keadaan janabah, tentu sebelumnya harus mandi junub.

Bagi kalangan Arifin, bukan hanya kebersihan fisik sebagaimana digambarkan ulama fikih, melainkan juga kebersihan nonfisik, seperti meluruskan jalan pikiran yang bengkok, melembutkan hati yang sedang keras, dan menjernihkan batin yang sedang sewot.

Selain pensucian lahir-batin juga harus menampilkan kesantunan lahir batin, sebagaimana dinyatakan dalam ayat: 

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan Alquran maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS al-A'raf [7]: 204). Dalam ayat lain dikatakan:

إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Mahapemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS Maryam [19]: 58).

Pembacaan ayat-ayat suci Alquran, khususnya di dalam sholat bisa menjadi kekuatan sima'an untuk memperbaiki pendengaran batin kita. Orang yang tidak pernah mendengarkan dan menghayati pembacaan ayat-ayat suci atau lafaz-lafaz yang mengandung kekuatan spiritual dikhawatirkan telinga batinnya tidak lagi sensitif. Batin yang sensitif dapat mencegah seseorang untuk melakukan dosa dan maksiyat atau hal-hal yang tak terpuji lainnya.

Sebaliknya batin yang sensitif sangat peka terhadap hal-hal yang positif. Jika ia mendengarkan suara azan apa lagi bacaan ayat maka hatinya seperti tergetar sebagaimana dilukiskan Allah SWT dalam ayat: 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal." (QS al-Anfal [8]: 2).

Kadang-kadang ada yang tak tahan air matanya kerinduan terhadap Tuhannya mengucur membasahi pipnya, seperti disebutkan dalam ayat: Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Alquran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: 

إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا

"Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk". (QS al-Isra' [17]: 107-109).

Jika orang sudah jatuh cinta terhadap Alqur'an yang dicirikan seperti ayat di atas maka Alquran baginya bisa menjadi obat efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bukan hanya penyakit non fisik tetapi juga penyakit yang berhubungan dengan fidik sebagaimana diisyaratkan dalam ayat: 

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian. (QS al-Isra' [17]: 82).

Hampir semua penyakit fisik kadarnya ditentukan oleh situasi batin dan psikis. Jika batin atau psikis seseorang sehat, akan berkontribusi kepada pengurangan beban dan rasa sakit terhadap suatu penyakit.

Para ahli anastesia, spesialis rasa nyeri terhadap suatu penyakit menyimpulkan pengaruh daya tahan mental-psikis berpengaruh positif untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri terhadap penyakit yang diderita.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement