Ahad 12 Jul 2020 10:01 WIB

BPJPH: Potensi Bisnis Indonesia-Arab Saudi Meningkat

Pengusaha bisa mengekspor bahan makanan untuk jamaah haji dan umroh ke Arab Saudi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
BPJPH: Potensi Bisnis Indonesia-Arab Saudi Meningkat (ilustrasi).
Foto: Republika/Muhammad Hafil
BPJPH: Potensi Bisnis Indonesia-Arab Saudi Meningkat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Potensi bisnis Indonesia dengan Arab Saudi sejak dua tahun ini meningkat. Berdasarkan data statistik perdagangan KJRI Jeddah, total volume dagang Indonesia dan Arab Saudi periode Januari - Juni 2018 mencapai 2.697 miliar dollar AS atau nail 23,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017 yang mencapai 2.177 miliar dollar AS.

Sedangkan total perdagangan migas periode Januari-Juli 2018 sekitar 1.517 milliard dollar AS naik 41,19 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2017 dengan nilai 1.074 milliard dollar AS. Total perdagangan non migas sampai dengan Juni 2018 mengalami kenaikan mencapai sebesar 6,07 persen dari 1.103 dollar AS pada Juni 2017 menjadi 1.170 miliar dollar AS pada periode yang sama di tahun 2018.

Demikian dikatakan Kepala Pusat Kerjasama dan Standardisasi Halal Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag Sri Ilham Lubis, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Webinar Haji Bertema “Potensi Produk Halal Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji” yang dihadiri seluruh pengurus besar dan wilayah FKAPHI, Puskes Kesehatan Haji, Kabid PHU, ASITA, Kasi PHU, PPIU, PIHK, KBIHU, Forum Dokter dan Perawat Haji, para pegiat produk halal, Sabtu (11/07).

Ia mengakui, sebelumnya mengalami peningkatan potensi ini, karena keterbatasan bahan baku makanan untuk jamaah haji, Indonesia memasok bahan makanan dari berbagai negara, sehingga Presiden Jokowi menegaskan kebijakannya untuk menggunakan produk dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan untuk jemaah haji dan jamaah umroh khususnya dari Indonesia. 

Sri Ilham mengatakan, sudah dari dua tahun yang lalu kendala keterbatasan bahan baku produk dari Indonesia, bahan makanan untuk jamaah haji Indonesia dipasok dari berbagai negara misal beras dari Vietnam, ikan dan daging ayam dari Brazil, daging dari India.

"Sehingga sudah dua tahun ini karena ada kebijakan dari Presiden Jokowi kita harus menggunakan produk dari dalam negeri, nanti keuntungannya itu akan kembali lagi ke indonesia,” kata Sri Ilham.

Dengan kebijakan tersebut, kata Sri Ilham, para pengusaha bisa mengekspor bahan makanan untuk jamaah haji dan umroh ke Arab Saudi mengingat jumlah jamaah haji Indonesia terbesar. Selain makanan, Indonesia dalam dua tahun terakhir ini juga sudah mengekspor minuman sepeerti teh, kopi, mie instan, serta bambu masak.

Untuk bambu masak dalam rangka meningkatkan cita rasa nusantara dalam katering haji seperti mengirim bambu rendang, jadi pengusaha kateringnya tinggal mencampuri bumbunya saja dan juga digunakan untuk bahan makanan sesuai zonasi.

Melihat hal ini, Kementerian Perdagangan melirik potensi terbesar dalam mengekspor bahan makanan ke Arab Saudi ini. Akhirnya menyarankan agar penggunaan bahan makanan yang berasal dari dalam negeri tidak hanya digunakan saat jamaah haji di Arab Saudi saja, tetapi bisa dimulai pada saat keberangkatan jamaah haji di embarkasi.

“Saat di embarkasi jamaah mendapatkan tiga kali makan dan dua kali snack, makanan yang diberikan ke jamaah perlu diberikan makanan-makanan halal, jangan sampai kita di Tanah Air menggunakan produk-produk dari luar negari seperti produk dari Malaysia dan Thailand. Perlu kita mengimbau saat di asrama haji nanti, jemaah perlu menggunakan makan dan minuman yang bersertifikat halal,” jelas Mantan Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri ini.

Untuk pakaian, lanjut Sri, saat ini jamaah haji Indonesia sudah mempunyai seragam identitas yakni seragam batik haji. Kain batik haji ini diberikan kepada jemaah melalui Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Haji, selain kain batik diberikan juga kain ihram serta mukena.

“Dulu yang membuat batik adalah UMKM, karena dulu tujuannya adalah untuk menghidupkan usaha mikro kecil dan menengah, mereka pengrajin batik yang diminta untuk membuat batik haji, tinggal nantinya dimasukkan label halal di dalamnya,” ujarnya.

Ia juga meminta pengusaha Indonesia untuk bisa mengeskpor produk-produk buatannya ke Arab Saudi mengingat jamaah haji Indonesia adalah pangsa pasar terbesar untuk bisa dilirik. “Kalau kita lihat produk-produk yang membanjiri di Arab Saudi sendiri adalah berasal dari Cina dan yang membeli dan menggunakan produk tersebut adalah jemaah haji indonesia, nah ini yang perlu kita lirik, bagaimana produk-produk indonesia bisa juga digunakan oleh jamaah haji Indonesia,” ujar Sri Ilham.

Untuk boat-obatan Kemenkes sudah bekerjasama dengan kita (BPJPH) untuk menyuplai obat-obatan untuk jamaah haji ke Arab Saudi. Dalam transportasi jamaah perlu juga menyiapkan fasilitas yang jamaah bisa melakukan ibadah dengan lebih nyaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement