Senin 13 Jul 2020 14:42 WIB

Sholat Perdana di Masjid Haghia Shophia

Di hari penaklukkan, Sultan Al-Fatih memimpin sujud syukur di Haghia Shopia.

Alumnus Universitas Ankara, Turki, Deden Mauli Darajat
Foto: istimewa
Alumnus Universitas Ankara, Turki, Deden Mauli Darajat

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Deden Mauli Darajat

(Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) UIN Jakarta dan Alumnus Universitas Ankara, Turki)

Turki memiliki sejarah yang panjang. Sejarah itu terlihat dengan jelas dari bangunan-bangunan kuno yang masih kokoh dan indah dipandang. Wajar saja jika jutaan wisatawan datang ke Turki untuk menikmati keindahan alam juga keindahan sejarah yang masih lestari. Salah satu bangunan yang paling bersejarah adalah Haghia Shophia atau Aya Sofia.

Kemarin Jumat 10 Juli 2020, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengumumkan bahwa Aya Sofia dikembalikan fungsinya menjadi masjid, setelah 86 tahun menjadi museum. Erdogan pun kemudian memerintahkan Kementerian Agama Republik Turki untuk menjadi pengelola masjid Aya Sofia. 

 

86 tahun yang lalu tepatnya pada 24 September 1934 diterbitkan keputusan Kabinet Pemerintah Turki yang mengubah fungsi Aya Sofia dari masjid menjadi museum. Kini keputusan itu dibatalkan oleh Mahkamah Agung Turki. Yang berarti kembalinya fungsi Aya Sofia menjadi tempat sholat dan beribadah umat Islam.

Sejatinya Aya Sofia adalah gereja yang dibangun pada 532-537 M pada masa Kekaisaran Byzantium. Saat itu Istanbul masih bernama Konstantinopel. Namun, setelah Kekaisaran Byzantium ditaklukkan oleh Kesultanan Turki Usmani pada tahun 1453 M, fungsi gereja Aya Sofia berubah menjadi masjid. 

Di hari penaklukkan Sultan Muhammat II atau Sultan Al-Fatih memimpin sujud syukur di Aya Sofia, sorenya mereka melaksanakan sholat perdana yakni shalat Ashar berjamaah. Di hari Jumat setelah penaklukkan, dilaksanakanlah sholat Jumat perdana di Masjid Aya Sofia.

Yang menarik adalah pajangan kaligrafi Hadits Nabi Muhammad SAW di pintu gerbang keluar Aya Sofia. Hadits itu menyatakan bahwa suatu ketika kerajaan Konstantinopel akan ditaklukkan, pemimpin yang dapat menaklukkan itu adalah sebaik-baiknya pemimpin dan tentara yang dapat menaklukkan itu adalah sebaik-baiknya tentara. Hadits ini terbukti setelah Konstantinopel ditaklukkan oleh Sultan Al-Fatih dan pasukannya.

Ketika saya masih mengenyam pendidikan di Turki, saya sempat beberapa kali ke museum Aya Sofia, baik secara pribadi maupun mengantar tamu yang hendak mengunjungi Aya Sofia. Untuk masuk Aya Sofia ini kita harus rela antre panjang dan membayar tiket masuk museum Aya Sofia. Ketika pertama kali masuk gerbang Aya Sofia itu saya tertegun bukan main. Begitu megahnya bangunan yang berusia lebih dari seribu tahun ini. 

Bangunan Aya Sofia ini terdiri atas dua lantai. Di lantai satu bagian depan tampak tempat imam dilengkapi dengan mimbar yang cukup tinggi. Di atas tempat imam itulah terdapat tulisan kaligrafi Asma Allah dan Rasulullah SAW mengapit gambar kaligrafi Bunda Maria yang sedang memangku Nabi Isa. Kaligrafi-kaligrafi Islami itu berwarna kuning keemasan mengikuti corak hiasan awal bangunan Aya Sofia.

Sementara itu lantai dua tidak seluas lantai satu, hanya sebagian saja yang menjadi lantai dua Aya Sofia. Aya Sofia yang berhadapan dengan Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmet itu memang cantik dengan hiasan-hiasan warna keemasan yang masih terjaga meski sudah berusia ribuan tahun. 

Selain tulisan kaligrafi Asma Allah dan Rasulullah SAW terdapat pula kaligrafi keempat sahabat Nabi, Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dan dilengkapi kaligrafi dua cucu Nabi SAW, yaitu Hasan dan Husein bin Ali yang sejajar dengan lukisan bunda Maria, Nabi Isa, disertai lukisan dan hiasan gereja lainnya.

Awalnya Aya Sofia hanyalah bangunan dengan kubah yang besar. Namun ketika menjadi masjid bangunan ini ditambah dengan empat menara di setiap sisinya. Di sekitar Aya Sofia terdapat situs bersejarah lainnya, selain Masjid Biru terdapat pula Istana Topkapi, yaitu istana Kesultanan Turki Usmani yang saat ini sudah menjadi museum.

Aya Sofia yang memiliki bangunan yang megah itu, setelah barganti fungsi dari gereja lalu menjadi masjid kemudian menjadi museum, kini berfungsi kembali menjadi masjid. Jika wabah Covid-19 sudah tidak ada lagi, kiranya kita dapat mengunjungi Aya Sofia. Tentu bukan untuk mengunjungi museum namun kita akan melaksanakan sholat di Masjid Aya Sofia itu. Semoga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement