Rabu 15 Jul 2020 22:19 WIB

Miqat di Sail Al Kabir

Sail Al Kabir menjadi salah satu tempat miqat.

Masjid Qarnul Manazil (Sail Al Kabir) yang dijadikan salah satu tempat miqat untuk umrah dan haji.
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Masjid Qarnul Manazil (Sail Al Kabir) yang dijadikan salah satu tempat miqat untuk umrah dan haji.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Salah satu miqat (tempat dimulainya umrah dan haji) adalah di Qarnul Manazil atau Al Sail Al Kabir. Lokasinya berjarak 94 kilometer di sebelah timur Kota Makkah.

Miqat ini diperuntukkan bagi jamaah haji yang datang dari arah Najd atau Riyadh. Selain itu, diperuntukkan bagi jamaah haji yang berasak dari timur Kota Makkah.

Baca Juga

Masjid tempat miqat di sini memiliki halaman yang luas dan bersih. Republika.co.id merasakan kenyamanan saat berada di sini. Kamar mandinya bersih, ada tempat mandinya juga. Dan, tempat wudhunya juga banyak.

Di luar masjid, terdapat banyak warung pedagang yang berbaris rapih dalam bentuk pertokoan. Mereka umumnya menjual pakaian dan berbagai perlengkapan umrah dan haji. Tidak terlihat ada penjual makanan di tempat ini.

Sejarawan Muslim, Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani dalam bukunya ‘Sejarah Makkah’ menuliskan, Qarnul Manazil adalah miqatnya penduduk Najd, penduduk sekitar teluk, dan mereka yang melalui jalan Riyadh-Thaif.

Sejarah Qarnul Manazil ini masih memiliki keterkaitan dengan kisah Nabi Muhammad SAW di Thaif. Yaitu kisah pertemuan Nabi dengan Malaikat Jibril. Ketika itu, dalam tahun ke-10 kenabian (619 M), Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas sikap dan perlakuan penduduk Makkah dan Thaif terhadap beliau.

Imam Bukhari, salah seorang imam hadits terkemuka, meriwayatkan, ketika Nabi sampai di Qarn Al Manazil, Jibril datang dan mengatakan kepada beliau: “Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan dan penolakan kaummu itu atasmu. Dan Allah telah mengutus kepadamu Malaikat Penjaga Gunung agar kamu dapat memerintahnya sesuai dengan keinginanmu untuk membalas mereka. “ Malaikat Penjaga Gunung itu lalu memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku, lalu berkata: “Hai Muhammad, apa yang engkau inginkan. Jika engkau ingin aku menimpakan atas mereka dua gunung ini (Gunung Kubais dan Gunung Qaiqu’an/keduanya disebut Al Akhsyaban), maka akan aku lakukan.”

Kemudian Nabi menjawab: “Aku malah mengharap agar Allah menjadikan anak cucu mereka orang yang menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement