Ahad 19 Jul 2020 21:03 WIB

Dirut Garuda Bercerita Terpaan yang Dihadapinya

Teman-teman Irfan menyebutnya nekat menerima jabatan sebagai Dirut Garuda.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat diwawancarai Republika di Cengkareng, Tangerang, Jawa Barat, Junat (17/7). Irfan menceritakan pengalamannya tujuh bulan terakhir ini menjadi orang nomor satu di Garuda Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat diwawancarai Republika di Cengkareng, Tangerang, Jawa Barat, Junat (17/7). Irfan menceritakan pengalamannya tujuh bulan terakhir ini menjadi orang nomor satu di Garuda Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memiliki cerita tersendiri semenjak dirinya memiliki jabatan tersebut di perusahaan penerbangan pelat merah itu. Sejak Januari 2020, Irfan memimpin Garuda Indonesia tapi tak disangka beragam terpaan harus dilalui pada awal jabatannya.

"Kalau lagi ketemu dengan teman-teman, dibilang nekat bener ambil jabatan ini,” kata Irfan saat berbincang dengan Republika di ruang kerjanya, belum lama ini.

Irfan menuturkan saat diskusi dengan Menteri BUMN Erick Thohir, tidak pernah terbayangkan jika Garuda Indonesia sejak awal 2020 harus menghadapi banyak persoalan. Pandemi Covid-19 menjadi yang paling tersulit ia hadapi.

Sejak awal, Irfan mengakui kepada Erick bahwa ia dirinya bukan seseorang berlatar belakang industri penerbangan. "Sebagai penumpag saya tahu tapi sebagai eksekutif saya enggak ngerti industri ini," ungkap Irfan.

Namun, sebagai direktur utama, Irfan mengaku beruntung karena memiliki tim yang paham betul mengenai industri penerbangan. Di sisi lain, Irfan menempatkan dirinya pada posisi penumpang pesawat.

"Tim memahami Garuda seperti apa, sementara saya paham bagaimana menjadi seorang penumpang. Jadi ini keseimbangan yang menarik," kata Irfan.

Meskipun seimbang, tapi nyatanya cukup banyak terpaan yang dihadapi Garuda Indonesia. Hanya saja, sejak menjadi direktur utama, Irfan tidak ada pilihan lain selain melakukan apa yang harus dilakukan.

"Ya kerja keras akhirnya. Waktu yang akan menajwab apakah yang saya lakukan ini bisa diapresiasi atau ada orang lain yang mungkin merasa lebih mampu. Saya sih monggo," ujar Irfan.

Meskipun begitu, Irfan merasa bersyukur bisa diberikan kesempatan seperti saat ini. Artinya, kata Irfan, jika waktu tersulit sudah dan harus berlalu maka akan menjadi cerita yang bagus setelah melalui banyak terpaan.

Irfan mengatakan saat ini juga mengajak dan memotivasi karyawan untuk tetap semangat dalam kondisi tersulit. Ia mengakui berusaha meminta pengertian para karyawan.

"Bagaimana caranya? Ya Anda lihat muka saya optimis saja kan? Eggak ada yang pernah tahu kalau hati saya tercabik-cabik kan?" tutur Irfan.

Menjadi direktur utama Garuda Indonesia juga pada akhirnya menguras waktu Irfan dengan keluarga. Alhasil, Irfan mengakui saat akhir pekan difokuskan untuk istirahat dan bermain dengan cucu.

"Dinikmati saja, jalan-jalan, main, dan bercengkrama lah dengan cucu," ungkap Irfan.

Bahkan, sejak disibukan dengan semua pekerjaan, Irfan mengaklui sama sekali tidak pernah bekerja dari rumah sekalipun. Untuk itu, saat akhir pekan, Irfan mengatakan menjadi cara "balas dendam" untuk istirahat.

Sejak pandemi Covid-19, Garuda Indonesia hanya melayani kurang leih 10 hingga 20 persen trafik penerbangan yang dilayani. Baru memasuki pertengahan 2020, Garuda bahkan dipastikan sudah kehilangan banyak peak season dikarenakan pandemi Covid-19 yakni masa mudik Lebaran Idul Fitri 2020, libur sekolah, umrah, dan haji.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement