Selasa 21 Jul 2020 23:12 WIB

Viral Klepon tak Islami, Habib Husein: Komedi Bagi Saya

Makanan dalam Islam yang penting halal dan baik (thayyiban), termasuk klepon.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Viral Klepon tak Islami, Habib Husein: Komedi Bagi Saya. Klepon
Foto: Republika/Honesty
Viral Klepon tak Islami, Habib Husein: Komedi Bagi Saya. Klepon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jagat media sosial kini tengah ramai memperbincangkan meme klepon tak Islami. Viralnya meme tersebut mendapat perhatian pandakwah milenial, Husein Ja'far Al Hadar. Baginya, meme klepon yang sedang viral tersebut lebih terbaca sebagai komedi saja. 

"Ini lebih terbaca sebagai komedi bagi saya. Cari rezeki kok segitunya. Tapi, mari kita ambil pelajaran dari hal kecil yang lucu ini," ujar Habib Husein saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (21/7). 

Baca Juga

Pertama, menurut dia, dengan viralnya meme tersebut dapat diambil pelajaran bahwa ternyata hobi mengkafirkan (takfir) sudah sampai ke makanan. Padahal, menurut dia, mengkafirkan sesama kaum Muslimin merupakan perbuatan dosa. 

"Pertama, ternyata takfir sudah sampai ke makanan. Padahal, dosanya besar sekali. Kekafiran akan kembali ke yang menuduh kalau orang yang dituduh tak kafir," ucapnya. 

 

Kedua, Habib Husein kembali mengingatkan Islam adalah nilai, bukan identitas. Karena itu, menurut dia, jika halal dan baik maka apa pun makanannya pasti islami, termasuk klepon. 

"Makanan itu yang penting halal dan baik (thayyiban). Mau dari mana saja kalau halal dan baik, maka itu islami," kata penulis buku keislaman ini. 

Ketiga, menurut Habib Husein, hikmah yang dapat diambil dari viralnya klepon tidak islami itu, seharusnya setiap orang lebih fokus memantaskan diri dibandingkan dengan sibuk menjatuhkan orang lain. "Kok sukanya membanggakan diri dengan menjatuhkan yang lain ketimbang memantaskan diri untuk dibanggakan?" ujarnya. 

Menurut Habib Husein, klepon justru sangat Islami. Warna hijau jajanan tersebut mengingatkannya kepada warna seragam saat menjadi siswa madrasah dulu. Sedangkan warna putih parutan kelapanya mengingatkannya pada warna pakaiannya dulu saat mengaji di sore hari. 

"Keduanya (hijau dan putih) memang warna kesukaan Nabi Muhammad. Serta rasa manis yang terkandung di dalamnya mengajarkan saya untuk mengawali semua dari dalam, seperti berislam dari hati dan bukan hanya luaran saja," kata aktivis Gerakan Islam Cinta ini. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement