Rabu 22 Jul 2020 21:54 WIB

Ibrahim AS Nabi Termuda dengan Cobaan yang Berat

Nabi Ibrahim AS menghadapi ujian terberat sejak menjadi nabi.

Nabi Ibrahim AS menghadapi ujian terberat sejak menjadi nabi. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Nabi Ibrahim AS menghadapi ujian terberat sejak menjadi nabi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Ibrahim AS adalah termasuk salah satu ulul ‘azmi, rasul pilihan yang melewati ujian yang sangat berat. 

Ibrahim AS adalah pemeran utama dalam sejarah perjalanan para anak manusia menuju Tuhan. Bahwa kehidupan di dunia adalah semata ujian, Ibrahim AS mampu memainkan peran itu dengan sangat memukau.

Baca Juga

Dalam beberapa penggalan perjalanan Ibrahim AS, bahkan ada yang terkesan mencengangkan. Betapa tidak, untuk menunjukkan tingkat kepatuhan dan ketataan yang dijalankan atas nama Allah, Ibrahim AS harus berbesar hati diperintah menyembelih anak tersayangnya, Ismail AS.

Inikah ujian terberat bagi Ibrahim AS ? Tidak. Sejarah perjalanan keagamaan samawiyah adalah sejarah perjalanan Ibrahim AS. Dalam sejarah perjalanan anak manusia menuju Tuhan, Ibrahim AS berdiri di garis terdepan. 

Ketika Nabi Muhammad SAW hinggap di langit ke tujuh dalam perjalanan Isra' dan Mi'raj, satu-satunya rasul yang bergelayut di antara 70 ribu malaikat yang bertawaf mengelilingi Baytul Ma'mur adalah Ibrahim AS. Beliau berada di langit ketujuh, hanya satu tingkat di bawah Nabi Muhammad SAW saat menuju Sidratul Muntaha. 

Bagaimana Ibrahim AS bisa sampai ke derajat setinggi itu ? Semua dicapai setelah Ibrahim AS menjadikan kehidupan dunia semata ujian untuk menggapai derajat kemuliaan di kehidupan akhirat. Perintah penyembelihan Ismail AS hanya satu di antara begitu banyak ujian yang menempa kepribadian Ibrahim AS. 

Kalau harus dibuat daftar maka akan berderet-deret musibah yang menyertai Ibrahim AS. Sejak kapan ujian itu mulai diberlakukan? Sejak Ibrahim AS masih remaja, tepatnya ketika masih berusia 14 tahun. Beliaulah nabi termuda dalam sejarah. 

Ketika nubuat itu melekat pada dirinya maka sejak itu pula ujian menyertai Ibrahim AS hingga akhir hayatnya pada usia 175 tahun. Ibrahim AS diuji di Ur ketika berhadapan dengan Raja Naram-Sin dan pembakaran dirinya. Ibrahim AS diuji di Haran ketika ia harus berpisah dengan ayahandanya, Azaar, karena perbedaan jalan hidup. 

Ibrahim AS pernah diuji di Mesir ketika Fir'aun mengambil Siti Sarah darinya. Ibrahim AS diuji di Palestina ketika membangun altar bagi Allah di tempat ibadah terbuka dan Ibrahim AS diuji dengan permintaan Sarah agar mengusir Hajar dan Ismail.

Adakah di antara kita yang berani membayangkan pada usia remaja sudah harus berurusan dengan seorang tiran yang kejam, penguasa di empat penjuru angin, pemilik bala tentara yang besar dan barbar. Saat persidangan itu digelar, Ibrahim AS dalam posisi yang benar-benar sendirian. Semua penduduk berdiri di belakang raja dan menuntut Ibrahim AS dibakar hidup-hidup. Rasanya sejarah seperti ini tak akan pernah berulang karena pemerannya cuma satu, Ibrahim AS. Keberaniannya melawan kemusyrikan dan keteguhannya memegang katauhidan adalah teladan abadi.

Adakah di antara kita, saat ini, dalam dunia yang penuh gelimang materialisme dan hedonisme, mau berbesar hati memilih jalan Allah meski harus berpisah dengan orang tua karena perbedaan akidah?

Rasanya juga akan sulit bagi kita menemukan seorang suami yang merelakan istrinya diganggu lelaki lain sebagaimana Ibrahim AS menyerahkan Siti Sarah ke dalam perlindungan Allah SWT saat Fir'aun menggodanya. Bahkan, akan sulit bagi kita menemukan orang yang memiliki keberanian membangun rumah ibadah di tengah-tengah para paganis dan penyembah berhala.

Sungguh tak kalah sulitnya bagi kita mempertahankan rumah tangga tanpa kehadiran anak setelah puluhan tahun berlalu. Dan, yang sungguh menyesakkan hati, adalah jika anak yang kita tunggu-tunggu kelahirannya, ketika menginjak masa remaja, harus disembelih sebagai kurban kepada Allah. Adakah?

Rasanya itu hanya ada mimpi dan mimpi terburuk yang mungkin hinggap dalam kehidupan seseorang. Tetapi, pada diri Ibrahim, perintah menyembelih anak adalah nyata. Karena apa? Karena Ibrahim AS adalah terjemahan paling autentik dari firman Allah.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement