Jumat 24 Jul 2020 01:36 WIB

Ikhsan Abdullah : Allah Lancarkan Ibadah Hajiku

Saat itu ongkos haji hanya sekitar Rp 6,7 juta saja.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ikhsan Abdullah : Allah Lancarkan Ibadah Hajiku. Foto: Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch Ikhsan Abdullah didampingi para pejabat terkait memberikan paparannya ke kantor Harian Republika, Jakarta, Jumat (19/10).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ikhsan Abdullah : Allah Lancarkan Ibadah Hajiku. Foto: Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch Ikhsan Abdullah didampingi para pejabat terkait memberikan paparannya ke kantor Harian Republika, Jakarta, Jumat (19/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesian Halal Watch Ikhsan Abdullah pertama kali menunaikan ibadah haji di tahun 1996. Di masa itu pendaftaran dan keberangkatan haji terasa lebih mudah dibanding saat ini dengan antrian yang lama.

Sebenarnya pendaftaran haji yang dilakukannya tidak disiapkan jauh-jauh hari. Satu hari sebelum penutupan pendaftaran, Ikhsan baru mendaftar dan membayarkan Ongkos Naik Haji (ONH).  

"Karena hari terakhir Jumat, dan saya baru dapat kabar Kamis pukul 12.00 WIB dari seorang sahabat ketika sedang berbincang di kantor. Saya langsung pulang dan mengajak istri serta ibu mertua untuk mendaftar," ujar dia kepada Republika.co.id, Rabu (22/6).

Ikhsan bersyukur baik pendaftaran dan pembayaran berjalan dengan lancar karena prosesnya begitu cepat. Tidak seperti sekarang yang harus menunggu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun. Apalagi lagi saat itu ongkos haji hanya sekitar Rp 6,7 juta saja dan ketiganya mendapatkan biaya hidup sebesar Rp 9 juta.

Selain untuk menunaikan kewajiban beribadah haji sebagai umat Islam, ada satu hal yang membuatnya bertanya-tanya apakah Ka'bah di satu waktu pernah sepi dari jamaah yang tawaf. Nyatanya setelah dia sampai dan melihat ka'bah setiap hari, Ka'bah tak pernah sepi dari jamaah yang bertawaf.

"Ternyata Ka'bah selalu penuh oleh jamaah yang bertawaf selama 24 jam. Saya mencoba tawaf pada pukul 02.00 dan pukul 03.00 selama beberapa waktu, bukannya sepi seperti dugaannya namun semakin ramai," ujar dia.

Hatinya kemudian semakin bergetar dan terperangah sejak awal melihat rumah Allah yang pertama ini. Bagi dia marwah Ka'bah begitu agung, dia pun tidak percaya jika telah berhadapan langsung di depan rumah Allah SWT.

Menangis dan sujud syukur, hal pertama yang dilakukan Ikhsan ketika melihat Ka'bah untuk kali pertama. Ada perasaan bangga, sedih, mengharu biru apalagi saat teringat harus meninggalkan anak-anak mereka yang masih balita demi memenuhi panggilan Allah SWT.

Sepanjang waktu haji, Ikhsan melalui prosesi rukun haji dari berihram, tawaf, sa'i, hingga wukuf di Arafah dengan lancar dan dimudahkan oleh Allah SWT. Hanya ketika mabit di Mina di pagi hari jamaah haji Indonesia dikejutkan oleh bendera merah putih yg diturunkan setengah tiang di Kantor Daerah Kerja Konsulat Indonesia di Mina.

Ikhsan pun penasaran, kemudian mencari informasi yang juga tidak mudah terkait situasi di Indonesia ketika itu. Melalui petugas Daker Mina, ternyata saat itu Istri dari Presiden Soeharto, Ibu Tien telah wafat.

Tak hanya kisah harunya berjumpa dengan Ka'bah dan keterkejutannya saat berada di Mina, Ikhsan mengenang kembali perjalanan ruhaniyah ke Tanah Suci di masa itu. Ada tiga kisah menarik yang masih berkesan di hatinya hingga saat ini.

Satu waktu ketika dia sedang tawaf, tiba-tiba  ada seorang jamaah haji asal Uzbekistan mendatanginya. "Saya tiba-tiba dipeluk dan dirangkul serta dicium berkali-kali oleh jamaah dari Uzbekiztan. Dia meminta saya mendoakannya sambil menghadap kiblat ketika saya sudah selesai tawaf. Dan dia mengatakan saya mirip sekali dengan saudaranya. Setelah saya mendoakannya, kemudian dia mengatakan bahwa apakah ada doa dan keinginan untuk sama-sama didoakan dan berdoa di Multazam?" tutur dia.

Ikhsan pun mengatakan dia meminta kepada Allah agar diberikan anak perempuan dan anak laki-laki satu lagi. Karena anak pertama laki-laki dan anak kedua perempuan. Alhamdulillah setelah pulang berhaji di tahun berikutnya anak ketiga dan terakhir seorang laki-laki yang wajahnya terlihat mirip pria Uzbekistan tersebut.

Lalu Ikhsan juga mengisahkan kesan lainnya saat berada di multazam, tiba-tiba hujan turun dengan deras dan sempat menadahi air yang jatuh dari talang air di sudut Multazam. Lalu dia mendengar semua orang berteriak histeris  karena sangat bahagia menyaksikan hujan yang jarang terjadi ketika tawaf di musim haji.

Selanjutnya, ketika tawaf wada, tawaf perpisahan Ikhsan merasa tak sanggup bangun dan meninggalkan Ka'bah. Langkah kakinya terasa berat dan wajahnya basah penuh air mata karena enggan meninggalkan rumah Allah SWT.

Kemudian dia berdoa untk kembali dan memenuhi panggilan Nya. Dia bersyukur beberapa kali dapat pergi berumroh. Dia tidak ingin berhaji jika harus mendaftar karena itu mengganggu kuota orang lain yang belum pernah berhaji.

Sehingga haji cukup saja sekali, selebihnya bila rindu bertamu ke rumah Allah Ikhsan meniatkan untuk umroh. Dan setiap umroh dia bisa mengajak anak dan keluarga lainnya.

"Sampai hari ini sehabis sholat saya selalu membaca doa, Allohumma Hajjan Mabruro, wasyayan Masykuro  sampai Watijaratan lan Tabur. Ternyata janji Allah Maha Benar, semua hartaku yang dibelanjakan untuk perjalanan menunaikan Ibadah Haji semuanya telah digantikan, bahkan lebih. Alhamdulillah," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement