Sabtu 25 Jul 2020 18:16 WIB

Kasus tanpa Gejala Banyak Ditemukan di Klaster Baru Corona

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya telah terinfeksi.

Orang tua memakaikan anaknya masker (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Orang tua memakaikan anaknya masker (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang wabah corona kembali membuat sejumlah negara berlakukan kebijakan lockdown. Kian banyak bukti menunjukkan bahwa mereka yang tampak sehat sebenarnya membantu sebarkan virus.

Kasus-kasus Covid-19 kembali melonjak ketika orang di seluruh dunia berharap saat terburuk telah berlalu. Dari Melbourne, Australia, hingga ke Leicester di Inggris, lonjakan kasus infeksi baru mendorong sejumlah negara untuk kembali memperketat langkah pembatasan.

Baca Juga

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang tampaknya sehat justru bisa berperan besar dalam menyebarkan virus. Para ahli pun memperingatkan agar tidak mudah berpuas diri dalam menghadapi wabah Covid-19.

Klaster infeksi baru dan peran orang muda

Salah satu alasan kembali meningkatnya kasus infeksi virus SAR-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 adalah banyaknya jumlah orang yang tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya telah terinfeksi.

Di China, seorang perempuan yang tidak menunjukkan gejala Covid-19 mengkarantina sendiri setelah kembali dari Amerika Serikat. Namun ia menginfeksi 71 orang lainnya setelah menggunakan lift di gedung tempatnya tinggal.

"Banyak data menunjukkan bahwa penularan presimptomatik cukup umum, ini menyulitkan pengendalian virus," kata Hitoshi Oshitani, profesor virologi di Fakultas Kedokteran Universitas Tohoku, Jepang, mengatakan kepada DW.

Sebuah studi baru-baru ini yang juga ikut ditulis oleh Oshitani di Jepang melacak sejumlah klaster virus corona hingga ke orang-orang muda yang tidak merasa sakit. Studi yang diterbitkan dalam CDC's Emerging Infectious Diseases Journal ini meneliti lebih dari 3.000 kasus di Jepang.

Para peneliti mempersempit studi hingga ke 22 orang yang kemungkinan memulai gugus sebaran virus. Peneliti pun menemukan bahwa setengah dari orang tersebut berusia antara 20-39 tahun.

Yuki Furuse, penulis utama studi ini yang juga adalah asisten profesor virologi di Universitas Kyoto, Jepang, mengatakan temuan ini sangat mengejutkan karena mayoritas kasus virus corona yang dilaporkan di Jepang pada saat itu menginfeksi orang-orang yang berusia 50-an dan 60-an.

Belum jelas apakah faktor sosial atau genetik dan biologis, atau kombinasi dari semuanya yang bertanggung jawab atas penyebaran infeksi antara kelompok yang lebih muda dan lebih tua dalam penelitian ini.

Pengujian yang lebih luas menunjukkan semakin banyak orang dewasa muda yang menunjukkan hasil positif tes virus corona. Di Seattle, Amerika Serikat, setengah dari kasus infeksi baru ditemukan pada mereka yang berusia antara 20 hingga 30 tahun.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement