Selasa 28 Jul 2020 21:48 WIB

Buwas Ungkap Pentingnya Kedaulatan Pangan

Tugas Bulog dalam menjaga ketahanan pangan merupakan jihad.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dan Bupati Pandeglang Irna Narulita melakukan panen raya di Desa Rancaseneng, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Selasa (28/7). Bulog menyatakan, ketahanan pangan merupakan hal fundamental.
Foto: Republika/Nursyamsi
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dan Bupati Pandeglang Irna Narulita melakukan panen raya di Desa Rancaseneng, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Selasa (28/7). Bulog menyatakan, ketahanan pangan merupakan hal fundamental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, sektor ketahanan pangan hal yang paling fundamental bagi manusia. Pentingnya ketahanan pangan sangat terasa pada saat kondisi pandemi saat ini. 

Ia menyatakan, tugas Bulog dalam menjaga ketahanan pangan merupakan jihad. "Allah SWT menunjukan pandemi, semua boleh lumpuh tapi pertanian tidak. Kekuatan kita cuma satu, pangan. Semua dunia sudah menutup pangan untuk kebutuhan masing-masing. Kalau kita tidak swasembada maka rawan," tutur Buwas saat panen raya di Desa Rancaseneng, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Selasa (28/7).

Baca Juga

Sebagai negara agraris, Buwas mengaku bangga akan jerih payah para petani. Menurut Buwas, sudah sepantasnya kerja keras para petani dihargai dengan cara menyerap hasil produksi pertanian. Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata Buwas, juga ingin terus menggalakan sektor pertanian agar mampu swadembada dan mencapai kedaulatan pangan.

"Sekarang, ketahanan pangan saja baru katanya. Buktinya, di beberapa daerah tidak tahan dan harus disuplai pangannya, harga naik-turun karena produksi kurang," ucap Buwas. 

Berbicara ketahanan pangan, kata Buwas, tidak selalu bergantung pada beras. Buwas ingin mendorong konsumsi pangan lain seperti jagung hingga ketela. 

"Indonesia punya cadangan pangan 35 juta ton per tahun untuk konsumsi pangan. 400 juta ton per tahun yang belum diurus yaitu sagu," lanjut Buwas. 

Buwas menyebut pembenahan mewujudkan ketahanan pangan harus dilakukan secara bersama-sama, mulai dari hulu hingga ke hilir. Salah satu poin penting, kata Buwas, adalah soal basis data.

"Hari ini kita tidak jelas, apa betul surplus atau tidak karena datanya abu-abu. Potensi kita di sini bagus, tapi tata niaga bagaimana? Penguasaan pangan oleh siapa hari ini tidak jelas," kata dia. 

Buwas menambahkan, keberpihakan terhadap sektor pertanian juga menjadi kunci utama dalam merealisasikan swasembada pangan. Buwas tak ingin alih fungsi lahan terus terjadi akibat gempuran industri yang mengakibatkan lahan pertanian terus menyusut. Sebab kondisi ini akan melemahkan kekuatan pangan dalam negeri yang berimplikasi pada pelemahan bagi negara akan ancaman dunia luar. 

"Indonesia akan dilumpuhkan dari budaya pertanian. Kita diubah dari negara pertanian jadi negara industri. Semakin lama lahan sawah habis berubah jadi tempat industri yang kita tidak mungkin bersaing dengan negara lain yang sudah lebih canggih," ungkap Buwas.

Buwas menilai kedaulatan pangan akan membuat Indonesia tidak mudah dipengaruhi atau bergantung pada negara lain. Pun apabila diembargo minyak dan ekonomi, lanjut Buwas, Indonesia tetap akan berdiri lantaran mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. 

"Tapi seandainya kalau kita krisis pangan, siapa yang bisa bertahan. Tentara tidak makan sebulan, lewat. Pandemi Covid-19 sekarang kita tidak butuh elektronik tapi pangan dan kesehatan. Makanya kita tidak bisa abaikan soal pangan," kata Buwas menambahkan. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement