Jumat 31 Jul 2020 08:08 WIB

Momentum Idul Adha Jadi Titik Awal Penyelesaian Covid-19

Momentum Idul Adha menekankan prinsip solidaritas dan soliditas publik

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Momentum Idul Adha Jadi Titik Awal Penyelesaian Covid-19 (Ilustrasi).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Momentum Idul Adha Jadi Titik Awal Penyelesaian Covid-19 (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya menggelar Shalat Idul Adha 1441 H pada Jumat (31/7). Kepala Kanwil Kemenag Jatim, Ahmad Zayadi bertindak sebagai Khotib. Pada paparan khutbahnya, Ahmad mengutip hasil riset Elizabeth Dunn, pakar psikologi sosial dari University of British Colombia, Vancouver, Kanada, yang menyimpulkan, semakin besar uang atau harta yang dibelanjakan untuk menolong sesama terbukti menambah kebahagiaannya.

Riset itu dimuat dalam jurnal SCIENCE (2008) dengan judul tulisan yang mengejutkan: “Spending Money on Others Promotes Happines” (Membelanjakan Uang untuk Orang Lain Meningkatkan Kebahagiaan). Menurutnya, temuan ilmiah tersebut menunjukkan bahwa yang terpenting bukanlah jumlah uang yang dimiliki, tetapi bagaimana menggunakannya.

"Orang yang menyedekahkan uang atau hartanya untuk membantu mereka yang membutuhkan, ternyata lebih bahagia daripada mereka yang menghamburkan uang untuk kepuasan diri sendiri,” kata Ahmad.

Ahmad juga menyampaikan, momentum Idul Adha yang menekankan prinsip solidaritas dan soliditas publik, bisa menjadi titik awal untuk bahu-membahu menyelesaikan pandemi Covid-19. Menurutnya, seberat apapun masalah yang dihadapi negara ini, dengan modal semangat pengorbanan dan solidaritas kemanusiaan, niscaya berbagai masalah akan teratasi.

 

"Sebab, rakyat dan para pemimpinnya merasa “berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing”. Langkah ini juga akan mengikis sikap mementingkan diri sendiri dan mencintai harta (hubbub al-dunya) secara berlebihan,” ujarnya.

Sholat Idul Adha 1441 H di Masjid Al-Akbar Surabaya digelar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, mengingat di tengah pandemi Covid-19. Dimana jumlah jamaah yang boleh mengikuti Sholat Idul Adha di sana dibatasi. Tujuannya agar jarak antara jamaah tetap terjaga.

“Kapasitas Masjid Al Akbar mencapai 40 ribu jamaah. Karena dalam penerapan protokol kesehatan yaitu physical distancing, maka kami membatasi jamaah Sholat Idul Adha menjadi lima ribu jamaah, dan kami sudah menyiapkan stiker untuk shaf sholat sebagai tanda,” kata Humas Masjid Al-Akbar Surabaya, Helmy M. Noor.

Helmy mengatakan, kapasitas lima ribu jamaah itu termasuk serambi masjid bagian utara, timur, selatan, hingga lantai dua masjid. Kesemua jamaah diwajibkan membawa alas kaki masuk ke dalam masjid. Dimana ada petugas yang membagi-bagikan plastik sebagai bungkusnya. Kemudian sebelum masuk masjid, jamaah diukur suhu tubuhnya, dan diharuskan melewati bilik sterilisasi.

“Kami menyiapkan kurang lebih 200 relawan yang terdiri dari Remaja Masjid, Ibu-Ibu Muslimah, pengatur shaf, para guru MI dan PAUD, para dosen dan mahasiswa STAI Al-Akbar. Semua relawan ini untuk mengatur, menyambut dan mengarahkan kedatangan para jamaah,” ujar Helmy. 

Helmy memgakui adanya penurunan jumlah hewan qurban di tengah pandemi Covid-19. Total perolehan hewan qurban masjid Al-Akbar Surabaya sebanyak 92 ekor, terdiri dari 26 ekor sapi dan 66 ekor kambing. Sementara tahun sebelumnya, Masjid Al-Akbar Surabaya menyembelih 30 ekor sapi dan 98 ekor kambing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement