Jumat 31 Jul 2020 12:25 WIB

Berqurban Saat Pandemi Tumbuhkan Jiwa Kemanusiaan

Berqurban di tengah pandemi bukanlah suatu halangan.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Berqurban Saat Pandemi Tumbuhkan Jiwa Kemanusiaan. Relawan berkostum tokoh superhero Spiderman berada di antara hewan kurban yang akan disalurkan kepada pengurus Yayasan Lentera Solo, Jawa Tengah, Kamis (30/7/2020). Aksi bertajuk Spiderman Kirim Kurban tersebut untuk berbagi kebaikan kepada anak-anak pengidap HIV/AIDS yang menghuni rumah singgah Yayasan Lentera Solo pada momen Hari Raya Idul Adha 1441 H mendatang.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Berqurban Saat Pandemi Tumbuhkan Jiwa Kemanusiaan. Relawan berkostum tokoh superhero Spiderman berada di antara hewan kurban yang akan disalurkan kepada pengurus Yayasan Lentera Solo, Jawa Tengah, Kamis (30/7/2020). Aksi bertajuk Spiderman Kirim Kurban tersebut untuk berbagi kebaikan kepada anak-anak pengidap HIV/AIDS yang menghuni rumah singgah Yayasan Lentera Solo pada momen Hari Raya Idul Adha 1441 H mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, Idul Adha dan berqurban di tengah pandemi bukanlah suatu halangan. Sebaliknya, hal itu justru momentum menumbuhkan jiwa kemanusiaan dengan berderma.

"Di tengah pandemi, sedekah kita sangat berguna, berapa pun jumlahnya," ujar dia, Jumat (31/7).

Baca Juga

Dia menambahkan, sebagai salah satu anjuran ibadah saat Idul Adha, qurban merupakan perintah atas dasar syukur kepada Allah SWT. Mengutip kitab Bidayat al-Mujtahid, dia menyebutkan, qurban menurut sebagian besar ulama memiliki hukum sunah. Terlebih, ketika Rasulullah sendiri tidak pernah melewatkan qurban.

"Atas dasar itu, ada sebagian ulama yang menyatakan, bagi yang mampu dan sedang tidak musafir hukum qurban ialah wajib," ujar dia.

Dia mengaku senang ketika umat Islam Indonesia memiliki semangat dan komitmen berkurban yang tinggi. Menurut dia, hal itu juga sejalan dengan meningkatnya kesalehan dan kesejahteraan ekonomi untuk melakukan ibadah tersebut.

Namun, dia menyebut ada beberapa pelaksanaan kurban yang tetap harus dikoreksi. Hal yang pertama adalah, distribusi yang kurang merata. Hal itu dilandaskan ketika masjid di kota-kota besar memiliki daging yang berlimpah untuk dibagikan pada warga sekitar dan berbeda dengan warga desa yang masih kekurangan.

"Lalu kedua, penyembelihan yang cenderung komunal dan mayoritas dilaksanakan di masjid dan lapang, hanya karena merujuk pada hadis Rasulullah yang menyembelih kurban di mushala," kata dia.

Mu’ti beranggapan, cara penyembelihan yang amatiran oleh mayoritas itu juga terkesan menjadi hiburan warga. Penyembelihan yang tidak profesional juga akan membuat hewan ketakutan di tengah kerumunan massa sehingga, ritual dan ibadah seakan hilang.

"Diperlukan perubahan atas tradisi yang tidak mencerminkan keluhuran ajaran Islam. Penyembelihan lebih baik dilakukan di rumah potong hewan (RPH)" kata dia.

Hal itu juga untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona di tengah pandemi ini. Sekarang, saatnya kita berubah dari tradisi Islam yang komunal dan tidak Islami menuju ibadah qurban yang berkeadaban.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement