Jumat 31 Jul 2020 15:01 WIB

Memahami Pesan Simbolik Ibadah Haji dan Qurban

Tidak ada satu pun dari ajaran-Nya yang tidak bermanfaat bagi manusia.

Ustadz Shaifurrokhman Mahfudz (kelima dari kanan).
Foto: Dok CIDE NSW
Ustadz Shaifurrokhman Mahfudz (kelima dari kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Ibadah haji dan ibadah qurban  mempunyai pesan-pesan simbolik yang sangat penting dipahami oleh kaum Muslimin. Hal itu ditegaskan oleh Ustadz Shaifurrokhman Mahfudz  saat mengisi khutbah Idul Adha streaming, live dari CIDE NSW Facilities, Sydney, Australia, Jumat (31/7).

Ia mengajak jamaah untuk memperhatika ibadah haji yang diwajibkan kepada kaum Muslimin  sebagaimana termaktub dalam surat Ali Imran ayat 97. “Dalam pandangan Islam, ibadah haji mengandung pesan-pesan moral dan simbolik yang bisa ditangkap dari ritual haji. Seandainya setiap muslim yang haji mampu menangkap makna dari ritual tersebut, niscaya akan mengantarkan pada haji mabrur yang mampu mengubah sikap dan mentalitasnya menjadi orang yang lebih baik dan saleh,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ustadz Shaif – panggilan akrabnya – menambahkan, pesan-pesan moral altruistik haji nampak dalam pakaian ihram, yaitu dua helai pakaian putih yang tidak berjahit, aktivitas thawaf mengelilingi Ka’bah; bangunan kubus persegi empat, juga sa'i dari Shafa ke Marwa, melempar tiga jumrah , mbat di Mina, wuquf di Arafah dan tahallul. “Dibalik ritual-ritual tersebut terdapat makna simbolik yang sangat penting untuk dipahami oleh umat Islam,” ujar Ustadz Shaif.

Ia mengutip William R. Roff dalam buku Pilgrimage and the History of Religions: Theoretical Approaches to the Hajj, yang  berpendapat bahwa ritual dalam ibadah haji merupakan simbol kehidupan seorang Muslim dimana simbol tersebut merupakan cara manusia menambah keimanannya setelah menghayati arti dari simbol-simbol tersebut. “Roff menggunakan metode fenomenologi dan liminalitas atau transisi yang disandarkan pada pendapat Victor Turner dalam memaknai seluruh proses ibadah haji,” tutur dai dan dosen yang tengah menempuh S3 di Western Sydney University, Australia.

Ia juga menguti  seorang cendekiawan Muslim,  Ali Syariati yang  mengingatkan pesan utama dalam ibadah qurban seperti tercermin dalam kisah Qabil dan Habil. “Bukan sekedar pentingnya keikhlasan dalam pengorbanan, namun juga penegakan sistem sosial-ekonomi yang berkeadilan. Adanya distribusi aset yang tidak seimbang (unequal distribution) yang dilakukan oleh Adam telah memicu perlawanan anaknya,” kata Shaif.

Ia mengemukakan, realitas land-ownership  saat itu telah ditunjukkan oleh Qabil, dan pastoralisme (peternak-penggembala) direpresentasikan oleh Habil (collective ownership). “Pembiaran terhadap persoalan social-gap akan menciptakan disharmoni di masyarakat dan tumbuhnya perilaku eksploitatif-destruktif bahkan pembunuhan terhadap manusia yang tidak bersalah,” paparnya.

Ustadz Shaif menjelaskan, kisah keluarga Ibrahim AS telah menunjukkan hakikat pengorbanan sekaligus penghambaan sejati kepada Allah SWT. Hal itu  diabadikan dalam  surat Ash-Shaaffaat ayat 102,  "Maka tatkala ia (Ismail) sampai pada usia sanggup berusaha, Ibrahim berkata:"Wahai anakku, sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?"Ismail berkata: "wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati termasuk orang-orang yang sabar".

Karena itu, kata Shaif, jika ada pertanyaan tentang alasan ibadah-ibadah simbolik yang diperintahkan Allah SWT, maka katakan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. 

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) tentang urusan itu (agama), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al-Jatsiyah: 18).

Tidak ada satu pun dari ajaran-Nya yang tidak bermanfaat bagi manusia. “Namun, terkadang masih banyak makna dan hikmah yang belum kita pahami dari ajaran Islam ini. Jika kita memahami ibadah qurban dari aspek lahiriahnya saja, maka akal manusia seringkali keliru, ada kesan Islam adalah ajaran yang kejam dan tidak peduli pada kehidupan makhluk hidup seperti binatang,” ujar Ustadz  Shaifurrokhman Mahfudz.

  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement