Senin 03 Aug 2020 12:37 WIB

China Kirim Tenaga Kesehatan untuk Hadapi Covid-19 Hong Kong

China untuk pertama kali mengirim tenaga kesehatan menghadapi Covid-19 di Hong Kong

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Seorang wanita mengenakan masker untuk melindungi terhadap virus corona baru naik sepeda melewati layar video besar yang menunjukkan Presiden Cina Xi Jinping berbicara di Beijing, Selasa, 30 Juni 2020. China menyetujui undang-undang keamanan nasional yang kontroversial yang akan memungkinkan pihak berwenang untuk menindak tentang kegiatan subversif dan pemisahan diri di Hong Kong, sebuah langkah yang dianggap banyak orang sebagai yang paling berani di Beijing untuk menghapus firewall hukum antara wilayah semi-otonom dan sistem Partai Komunis otoriter daratan.
Foto: AP/Mark Schiefelbein
Seorang wanita mengenakan masker untuk melindungi terhadap virus corona baru naik sepeda melewati layar video besar yang menunjukkan Presiden Cina Xi Jinping berbicara di Beijing, Selasa, 30 Juni 2020. China menyetujui undang-undang keamanan nasional yang kontroversial yang akan memungkinkan pihak berwenang untuk menindak tentang kegiatan subversif dan pemisahan diri di Hong Kong, sebuah langkah yang dianggap banyak orang sebagai yang paling berani di Beijing untuk menghapus firewall hukum antara wilayah semi-otonom dan sistem Partai Komunis otoriter daratan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengirim tenaga medis ke Hong Kong untuk membantu menangani pandemi virus corona. Sebanyak tujuh pejabat kesehatan dan 60 tenaga medis dari China daratan telah tiba di Hong Kong untuk membantu melakukan tes Covid-19.

Itu adalah pertama kalinya pejabat kesehatan China menurunkan tenaga medisnya untuk membantu Hong Kong menangani pandemi. Menurut media pemerintah China, Global Times, tenaga medis yang dikirim ke Hong Kong berasal dari rumah sakit umum di provinsi Guangdong. Para tenaga medis akan membantu Hong Kong untuk melakukan tes massal virus corona.

Baca Juga

Global Times mengatakan, tim tenaga medis yang dikirim merupakan permintaan pemerintah Hong Kong. Tingginya jumlah kasus infeksi virus corona membuat sistem kesehatan Hong Kong mengalami kewalahan dan kekurangan sumber daya manusia. Beberapa anggota dewan lokal khawatir kedatangan tim medis dari Cina memiliki maksud lain, yaitu mengumpulkan sampel DNA untuk pengawasan. Namun, hal itu dibantah oleh pemerintah Hong Kong.

Hong Kong melaporkan kasus harian pada Ahad (2/8) sebanyak 115. Dengan demikian, total kasus virus corona yang dikonfirmasi menjadi 3.511. Pemerintah menyatakan, kemungkinan Hong Kong akan menghadapi gelombang ketiga infeksi virus corona.

Ketegangan antara kelompok pro-demokrasi dan pemerintah China semakin memanas setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong pada Juni. Undang-undang tersebut menuai kritik dari dunia internasional karena dapat mengancam kebebasan Hong Kong. Di bawah undang-undang itu, seorang individu dapat dikenakan hukuman penjara seumur hidup jika terlibat dalam tindakan pemisahan diri, subversi, dan kolusi dengan pasukan asing.

Sebelumnya, polisi Hong Kong memerintahkan penangkapan beberapa aktivis pro-demokrasi yang berada di luar negeri atas tuduhan melanggar undang-undang keamanan nasional. China Central Television (CCTV) melaporkan, ada enam orang yang dicurigai telah berkolusi dengan pasukan asing dan terancam hukuman penjara seumur hidup di bawah undang-undang baru tersebut.

Keenam orang itu adalah Nathan Law, Wayne Chan Ka-kui, Honcques Laus, Simon Cheng, dan Ray Wong Toi-yeung. Polisi juga menargetkan Samuel Chu, seorang warga Amerika yang tinggal di Amerika Serikat (AS). Surat perintah penangkapan itu menandai pertama kalinya polisi Hong Kong menggunakan kekuatan ekstrateritorial di bawah undang-undang keamanan nasional, untuk mengejar para aktivis di luar wilayah otoritas China. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement