Senin 03 Aug 2020 15:15 WIB

Disebut Lakukan Aksi Jahat, UEA: Turki Jangan Campuri Arab

Hubungan Turki dengan sejumlah negara Arab memburuk terkait kawasan.

Rep: Alarabiya/ Red: Elba Damhuri
Anggota gerilyawan antipemerintah memegang senjata antiserangan udara di depan kilang minyak Ras Lanouf, di timur Libya.
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Anggota gerilyawan antipemerintah memegang senjata antiserangan udara di depan kilang minyak Ras Lanouf, di timur Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Hubungan Turki dengan sebagian besar negara-negara Arab masih dilanda ketegangan.

Uni Emirat Arab (UEA) mengingatkan Turki untuk tidak ikut campur urusan negara-negara Arab, apalagi sampai mengancam-ancam.

"Turki harus berhenti mencampuri urusan negara-negara Arab," kata Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash, akhir pekan lalu.

Gargash menegaskan pernyataan provokatif Menteri Pertahanan (Menhan) Turki merupakan kegagalan untuk diplomasi negara itu. 

Ia mengingatkan Turki hubungan antarnegara tidak dikelola dengan ancaman dan gangguan.

"Dan tidak ada tempat untuk ilusi kolonial pada saat ini, dan lebih tepat bagi Turki untuk berhenti mencampuri urusan Arab,” tulis Gargash seperti dikutip Alarabiya.

Negara-negara Arab khawatir intervensi dan tindakan Turki di kawasan seperti akan menghidupkan Kekaisaran Ottoman yang sudah hancur seabad lalu.

Pernyataan Gargash dikeluarkan sehari setelah Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengklaim bahwa UEA melakukan "aksi dan tindakan jahat" di Libya dan Suriah.

Akar menuding UEA mempekeruh suasana di Libya dan Suriah yang berdampak pada makin buruknya situasi di kedua negara.

Turki dan UEA berada pada posisi berbeda dalam konflik di Libya dan Suriah. 

Turki mendukung pemerintah resmi Libya yang diakui PBB sementara UEA menyokong pemberontak pimpinan Khalifa Haftar.

Dalam konflik Libya, UEA mendapat dukungan Arab Saudi, Mesir, dan Rusia. Turki disokong Qatar, Amerika, dan PBB.

sumber : Alarabiya
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement