Senin 03 Aug 2020 15:58 WIB

Covid Mengganas, Masyarakat Sebenarnya Khawatir atau tidak?

"Covid-nya naik tetapi kekhawatiranya menurun, disiplinnya menurun," kata Bima Arya.

Warga beraktivitas di kampung Siaga Covid-19 di Kampung Rawa Pasung RW22, Kota Baru, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/7). Berdasarkan laporan harian Satgas Penanganan Covid-19, jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga beraktivitas di kampung Siaga Covid-19 di Kampung Rawa Pasung RW22, Kota Baru, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/7). Berdasarkan laporan harian Satgas Penanganan Covid-19, jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikrama, Nugroho Habibi, Dessy Suciati Saputri, Muhammad Fauzi Ridwan

Alih-alih mereda, pandemi Covid-19 di Indonesia sepertinya semakin mengganas dengan jumlah total pasien positif Covid-19 yang telah melewati angka psikologis 100 ribu kasus pada pekan lalu. Dengan angka kematian 4,7 persen, rata-rata itu lebih tinggi 0,8 persen dari tingkat kematian global.

Baca Juga

Mengutip data yang dihimpun laman Worldmeters, kasus Covid-19 secara global telah mencapai 18 juta pada Senin (3/8). Sementara angka kematian telah mendekati 700 ribu jiwa. Adapun, total pasien pulih melebihi 11 juta orang.

Pekan lalu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pada pekan-pekan awal pandemi, terdapat beberapa negara yang tidak terlalu terdampak. Namun, saat ini mereka mengalami peningkatan jumlah kasus dan kematian yang signifikan.

"Banyak negara yang percaya bahwa mereka telah melewati yang terburuk sekarang bergulat dengan wabah baru," ujarnya, dikutip laman Anadolu Agency.

Di Indonesia, Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 pada Ahad (2/8) sore merilis dari 20.032 spesimen yang diperiksa, ditemukan sebanyak 1.519 kasus positif Covid-19, sehingga menjadikan total akumulasi kasus mencapai 111.455 orang. Sedangkan, sebanyak 1.056 orang dinyatakan sembuh dan menjadikan total 68.975 orang telah sembuh. Adapun, total kasus meninggal mencapai 5.236.

Satgas Penanganan Covid-19 pada pekan lalu juga merilis data, bahwa hanya ada 43 kabupaten/kota di Indonesia masih nol kasus Covid-19 atau sama sekali belum mencatatkan kasus akibat pandemi tersebut. Itu artinya, hanya 8,4 persen dari keseluruhan jumlah kabupaten/kota di Indonesia.

Per 27 Juli 2020, zona merah Covid-19 bertambah dari 35 wilayah menjadi 53 wilayah. Jumlah kabupaten/kota dengan zona oranye juga bertambah dari 169 menjadi 185.

Sebelumnya, jumlah zona merah di Indonesia sudah pernah mencapai 53 wilayah, tepatnya berdasarkan laporan 28 Juni 2020. Setelah sempat turun di angka 35 wilayah, kini kembali menyentuh angka yang sama. Dari total 53 zona merah itu, ada 14 kabupaten/kota yang masuk zona merah tanpa perubahan tiga pekan berturut-turut.

Pada akhir pekan lalu atau tepatnya pada Jumat (31/7), jumlah kasus positif Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar) kembali mengalami lonjakan. Ada 41 orang warga Sumbar dinyatakan positif Covid-19.

Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman dan Kota Sawahlunto yang sebelumnya berstatus zona hijau, kembali ke zona kuning. Ketiga daerah itu yang sempat membuka sekolah dengan sistem tatap muka sejak 13 Juli, akhirnya kembali lagi ke sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Daerah lain yang juga mengalami peningkatan jumlah persebaran Covid-19 adalah Kota Bogor, Jawa Barat. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto melihat kondisi itu begitu mengawatirkan. Sebaliknya, Bima menilai, kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19 kian menurun.

"Saya membaca satu situasi yang sangat mengkhawatirkan, Covid-nya naik tetapi kekhawatiranya menurun, disiplinnya menurun, ini yang sangat berbahaya," kata Bima di Kota Bogor, Senin (3/8).

Bima menjelaskan, penambahan infeksi terus meningkat menuju puncak Covid-19 sesuai prediksi. Meskipun demikian, Bima mengaku, tak sependapat dengan penilaian bahawa Indonesia telah menghadapai gelombang kedua infeksi persebaran Covid-19.

"Gelombang pertama saja belum tuntas. Gelombang dua itu kalau sudah mentok kemudian flat-nya menurun," jelasnya.

Jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Bogor mencapai 293 orang pada Senin (2/8). Sebanyak 190 pasein telah dinyatakan sembuh, 82 orang masih dalam perawatan, dan 21 orang dinyatakan meninggal dunia.

Bima menguraikan, Kota Bogor sedang menghadapi sejumlah klaster persebaran Covid-19. Yakni, klaster keluarga, klaster luar kota, klaster fasilitas kesehatan, hingga klaster perkantoran.

Bima menduga, kenaikan kasus dan banyakannya klaster persebaran di Kota Bogor diakibatkan kurang pedulinya masyarakat terhadap bahaya Covid-19. Oleh karena itu, Bima menyebut, akan kembali menggencarkan tes swab secara massal.

"Tidak mungkin klaster keluarga melonjak kalau semua yang merasa berisiko berhati-hati," jelasnya.

Ke depan, Bima menegaskan akan kembali meningkat kewaspadaan terhadap bahaya Covid-19 dengan memperketat protokol kesehatan. Bahkan, Bima meminta, kegiatan tatap muka organisasi perangkat daerah (OPD) kembali dikurangi dan dilakukan secara daring.

"Situasi ini masih gawat, lebih baik dibilang lebay, dari pada kemudian kita kalah. Betul orang bilang lebay, berlebihan lebih baik dicap begitu dari pada kalah dan korban berjatuhan," tegas Bima.

Sebagai contoh masih banyaknya masyarakat yang abai akan ancaman penularan Covid-19 seperti disebutkan oleh Polrestabes Bandung yang  mengakui masih terdapat masyarakat yang berkerumun di titik-titik jalan di Kota Bandung pada akhir pekan di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Aparat polisi pun terpaksa membubarkan kerumunan.

"Malam hari (kami) membubarkan yang berkerumun, tambah banyak dan dari luar kota Bandung seperti Sabtu-Minggu kemarin," ujar Kapolrestabes Bandung, Komisaris Besar Polisi Ulung Sampurna Jaya di Balai Kota Bandung, Senin (3/8).

Menurutnya, sebenarnya banyak masyarakat sudah disiplin dalam memakai masker. Namun, masih terdapat masyarakat yang sengaja berkumpul akibat kejenuhan di masa pandemi covid-19.

"Disiplin memakai masker sudah bagus cuma masyarakat tidak sesuai misal berkumpul karena jenuh. Imbauan tinggal di rumah sudah diabaikan, di persimpangan toko dan tempat hiburan dipenuhi masyarakat," katanya.

Terkait sanksi denda bagi masyarakat yang tidak bermasker, Ulung mengatakan pihaknya masih melakukan imbauan agar masyarakat memakai masker. Pihaknya masih akan melakukan pendekatan persuasif terhadap masyarakat.

"Saat ini belum dilaksanakan (sanksi denda), masih imbauan memakai masker. Dalam perjalanan masyarakat tidak memakai masker kita suruh kembali. Kita masih menunggu Gugus Tugas menunggu penerapan denda," katanya.

Namun, berbeda dengan opini Bima Arya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, kekhawatiran masyarakat terhadap pandemi Covid-19 meningkat dalam beberapa minggu terakhir ini. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/8).

“Saya tidak tahu sebabnya apa, tetapi suasana pada minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat berada pada posisi yang khawatir mengenai Covid. Entah karena kasusnya meningkat, atau terutama (kalangan) menengah atas melihat karena orang yang tidak taat pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit, tetapi semakin banyak,” ujar dia.

Jokowi ingin Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 fokus pada kampanye disiplin protokol kesehatan. Kampanye protokol kesehatan ini harus dijelaskan secara detail kepada masyarakat sehingga benar-benar dipahami.

Selain itu, Jokowi juga ingin melibatkan peran Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di tiap daerah.

“Tapi kalau ibu-ibu siap, saya kira PKK ini juga efektif untuk door to door urusan masker. Urusan perubahan perilaku betul-betul harus kita lakukan dengan komunikasi mungkin di TV, medsos, dll, secara masif mungkin dalam dua minggu ini. Dengan cara-cara yang berbeda,” ucap Jokowi.

photo
Perbandingan Harga Vaksin Covid-19 - (Reuters)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement