Kamis 06 Aug 2020 16:26 WIB

Menteri: Kapasitas Keuangan Lebanon Sangat Terbatas

Sebelum ledakan, Lebanon sudah bergulat dengan krisis keuangan.

 Orang-orang membersihkan setelah ledakan besar di Beirut, Lebanon, Rabu, 5 Agustus 2020. Ledakan besar-besaran mengguncang pusat kota Beirut pada hari Selasa, meratakan sebagian besar pelabuhan, merusak bangunan dan meledakkan jendela dan pintu saat awan jamur raksasa naik di atas modal. Saksi mata melihat banyak orang terluka oleh kaca terbang dan puing-puing.
Foto: AP/Hassan Ammar
Orang-orang membersihkan setelah ledakan besar di Beirut, Lebanon, Rabu, 5 Agustus 2020. Ledakan besar-besaran mengguncang pusat kota Beirut pada hari Selasa, meratakan sebagian besar pelabuhan, merusak bangunan dan meledakkan jendela dan pintu saat awan jamur raksasa naik di atas modal. Saksi mata melihat banyak orang terluka oleh kaca terbang dan puing-puing.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Menteri ekonomi Lebanon menyatakan bank sentral dan negara bagian Lebanon memiliki kapasitas keuangan "sangat terbatas" untuk menghadapi dampak ledakan gudang pelabuhan yang menghancurkan Beirut tanpa bantuan luar negeri. Nilai kerusakan akibat ledakan diperkirakan mencapai miliaran dolar AS.

"Kapasitas negara sangat terbatas, begitu juga dengan bank sentral dan bank-bank lainnya. Kami tidak bergelimangan uang dolar," kata Menteri Ekonomi Raoul Nehme dalam pernyataannya kepada stasiun televisi Sky News Arabia, dilansir Kamis (6/8).

Baca Juga

Dia mengatakan banyak negara bergegas untuk membantu. Kerugian akibat ledakan cukup besar. Untuk itu, dia mengatakan bahwa bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) adalah satu-satunya jalan keluar untuk Lebanon yang sudah bergulat dengan krisis dolar AS dan krisis keuangan sebelum ledakan terjadi di Beirut pada Selasa (4/8).

Sedikitnya 135 orang tewas dan 5.000 lainnya luka-luka dalam ledakan pada Selasa (4/8) di pelabuhan Beirut. Insiden itu juga menyebabkan sekitar 250.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah beberapa ledakan susulan mengguncang banyak bangunan.

Masih belum ada kejelasan apakah bencana itu akan mengubah negosiasi alot Lebanon dengan Dana Moneter Internasional (IMF). IMF dan Lebanon sejak Mei telah mencoba menyusun paket dana talangan lebih luas untuk membendung krisis keuangan, yang dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas negara itu sejak perang saudara 1975-90.

Perundingan tersebut macet di tengah ketidaksepakatan mengenai skala kerugian finansial dalam sistem perbankan Lebanon.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement