Kamis 06 Aug 2020 19:23 WIB

Perebutan Masjid Al-Taubah Lebanon, Sempat Dijadikan Gereja

Masjid dibangun kembali oleh Dinasti Mamluk Bahri pada abad ke-13 M.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Perebutan Masjid Al-Taubah Lebanon, Sempat Dijadikan Gereja  (ilustrasi).
Foto: AP / Hassan Ammar
Perebutan Masjid Al-Taubah Lebanon, Sempat Dijadikan Gereja (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, Lebanon berada di wilayah kekuasaan Muslim, setelah sebelumnya berada di kekaisaran Byzantium. Berbagai perkembangan modern juga mulai tampak saat itu, selain dari memilih penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resminya.

Mengutip buku Jejak-Jejak Islam oleh Ahmad Usmani, pada saat itu juga berdiri masjid megah dan indah yang terletak di Kota Sidon, 45 Km dari Selatan Beirut.

Masjid itu dinisbahkan kepada Umar ibn Khattab, khalifah kedua dalam sejarah Islam. Penamaan masjid demikian, selain karena nama lain yang disebut Masjid Al-Taubah, juga sebagai penanda keberhasilan kaum Muslimin dalam merebut kawasan Lebanon dari Byzantium pada 14 H/635 M, utamanya saat kepemimpinan Dinasi Mamluk yang terkenal tegas dan lugas.

Memang, awal keberlangsungan Islam dengan setiap halnya itu berlangsung cukup panjang, sejak awal abad ke-7 hingga sekitar tahun 1099 M. Khususnya ketika penganut Kristen di Eropa (Crusader) menaklukkan Lebanon dan negara sekitarnya.

 

Dalam kesempatan itu, selain memperluas ajaran Kristen, mereka juga membendung proses arabisasi dan Islamisasi dalam pemerintahan Islam.

Perebutan Lebanon

Namun, pada  1187 M, Kesultanan Mamluk yang berpusat di Mesir berhasil mengusir pasukan Tentara Salib dan menguasai kembali Lebanon serta Suriah hingga 1500 M.

Pada waktu yang sama ketika Shalahuddin Ayyubi berhasil memukul mundur pasukan Salib dari Lebanon, masjid yang sempat diubah menjadi gereja itu dikembalikan lagi menjadi masjid.

Waktu berselang, Lebanon kembali jatuh ke tangan kesatria Ordo Hospitaller, sehingga masjid tersebut diubah kembali sebagai katederal, Hingga akhirnya, pada  Sabtu 22 Rajab 690 H/21 Juli 1291 M, masjid kembali difungsikan bagi ibadah umat Muslim setelah Lebanon kembali jatuh ke tangan Dinasti Mamluk, pimpinan Sultan Nashir Muhammad ibn Qalawun.

Berdasarkan informasi, masjid yang ada hingga sekarang itu, merupakan masjid yang dibangun kembali oleh Dinasti Mamluk Bahri pada abad ke-13 M, di atas benteng yang dibangun pasukan Salib.

Pascaperebutan kembali Lebanon oleh Kesultanan Mamluk, Beirut dan Suriah jatuh ke tangan pemerintahan Turki Usmani atau Ottoman pada 1516 M. Langkah itu terjadi tidak lama setelah Portugis mengelilingi Benua Afrika pada 1598 untuk mengalihkan perdagangan rempah-rempah Timur jauh dari Suriah dan Mesir. 

Dalam catatan Republika, saat jatuhnya Dinasti Ottoman pada akhir Perang Dunia ke-1, Lebanon kemudian jatuh ke tangan Prancis. Keputusan itu diambil berdasarkan Konferensi San Remo di Italia tahun 1920. Selama memerintah Lebanon, Prancis berniat baik terhadap negara tersebut dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada masyarakat.

Hal ini menyebabkan masyarakat Lebanon menerimanya sebagai mandataris Prancis. Bahkan, mereka  meminta berpisah dari Suriah sehingga bisa berdiri sendiri. Namun tetap saja, kebebasan penuh yang diterima Lebanon baru diperoleh pada 1946, walaupun secara resmi negara itu merdeka pada 22 November 1943.

Lebanon terkenal sebagai negara dengan ragam agama di antara seluruh negara di Timur Tengah. Mayoritas penduduk menganut Islam dan Kristen. Ada sembilan komunitas agama utama di Beirut, yaitu Maronit Katolik, Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, Armenia Apostolik, Katolik Armenia, Protestan, Muslim Sunni, Muslim Syiah, dan Druze. Hingga pertengahan abad ke-20 M, Beirut juga menjadi rumah bagi komunitas Yahudi di lingkungan Wadi Abu Jamil. 

Namun demikian, mengutip Jejak-Jejak Jaringan Kaum Muslimin oleh Azyumardi Azra, Israel kemudian melakukan Agresi dengan alasan Pre-emptive dan self-defense. Langkah itu, membuat Israel sewenang-wenang mengerahkan kekuatan militernya ke wilayah Lebanon, dan mengerahkan konflik dengan ribuan korban masyarakat setelahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement