Senin 10 Aug 2020 08:13 WIB

Pelabuhan Patimban Ditargetkan Beroperasi November 2020

Saat ini beberapa pekerjaan di Pelabuhan Patimban masih dalam proses finalisasi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas pembangunan pelabuhan, terlihat dari kejauhan di bibir Pantai Patimban, Desa Patimban, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Ahad (5/5).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Aktivitas pembangunan pelabuhan, terlihat dari kejauhan di bibir Pantai Patimban, Desa Patimban, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Ahad (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi optimistis Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat dapat beroperasi pada November 2020. Pada kurun waktu tersebut ditargetkan yang dapat beroperasi yakni Pelabuhan Patimban tahap pertama.

“Kami berharap semua pihak kerja keras agar Pelabuhan Patimban ini mulai dapat beroperasi pada November 2020,” kata Budi dalam pernyataan tertulisnya, Ahad (9/8).

Budi menjelaskan, saat ini beberapa pekerjaan masih dalam proses yang harus segera difinalisasi. Beberapa di antaranya seperti ramp on dan ramp off dari akses jalan, penetapan alur pelayaran dan perairan pandu, pemilihan operator, dan sejumlah hal lainnya.

“Diharapkan semuanya dapat selesai tepat waktu,” tutur Budi.

Budi memastikan nantinya Pelabuhan Patimban akan dilengkapi dengan akses jalan tol dan jalur kereta api. Dengan adanya kemudahan akses dan fasilitas tersebut, Budi menilai pelabuhan tersebut juga dapat menjadikan kawasan logistik yang sangat besar.

Pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama, pelabuhan direncanakan bisa melayani 3.75 juta peti kemas (TEUS). Tahap kedua, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5.5 Juta TEUS dan pada tahap ketiga akan meningkat kembali hingga 7 juta TEUS (ultimate).

Secara umum, Budi mengatakan Pelabuhan Patimban akan melayani jenis muatan peti kemas dan kendaraan bermotor yang diangkut menggunakan kapal-kapal berukuran besar. “Car Terminal ini nantinya memiliki kapasitas tampung hingga 600 ribu kendaraan per tahun pada kondisi ultimate,” tutur Budi.

Dengan adanya car terminal, diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya untuk ekspor-impor produk kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok. Budi mengatakan selama ini kendaraan berat termasuk angkutan ekspor-impor kendaraan menyumbang pada kemacetan lalu lintas khususnya ruas antara Bekasi-Tanjung Priok, Jakarta.

Dengan begitu, Budi mengharapkan secara umum Pelabuhan Patimban dapat mengurangi biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi dengan pelabuhan. Selain itu juga dapat memperkuat ketahanan ekonomi, sekaligus mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas dari dan menuju Jakarta.

“Diharapkan juga, pelabuhan ini dapat mendorong ekonomi masyarakat sekitar dan juga secara nasional,” ungkap Budi.

Selain itu, kawasan segitiga emas Cirebon-Patimban-Kertajati atau yang lebih dikenal dengan Rebana diproyeksikan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terbesar di Indonesia. Kawasan tersebut juga memiliki dukungan konektivitas Pelabuhan Patimban dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement