DPR RI: PJJ Masih Opsi Paling Aman

PJJ perlu dukungan yang besar dari publik agar berjalan lancar

Selasa , 11 Aug 2020, 11:52 WIB
Peserta didik baru kelas 7 SMP Imam Nawawi School, Fattan Aliful Hubby (12) mengikuti kegiatan Masa Orientasi Sekolah secara virtual pada hari pertama sekolah tahun ajaran baru 2020/2021 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/7). Sesuai Kalender Pendidikan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun ajaran 2020/2021 dimulai pada hari ini Senin (13/7). Tahun ajaran baru kali ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pandemi covid-19 membuat kegiatan belajar dan mengajar di beberapa wilayah Indonesia dilakukan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).Prayogi/Republika.
Foto: Republika/Prayogi
Peserta didik baru kelas 7 SMP Imam Nawawi School, Fattan Aliful Hubby (12) mengikuti kegiatan Masa Orientasi Sekolah secara virtual pada hari pertama sekolah tahun ajaran baru 2020/2021 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/7). Sesuai Kalender Pendidikan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun ajaran 2020/2021 dimulai pada hari ini Senin (13/7). Tahun ajaran baru kali ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pandemi covid-19 membuat kegiatan belajar dan mengajar di beberapa wilayah Indonesia dilakukan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih menuai banyak masalah di lapangan. Kendati demikian, Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Muhaimin Iskandar menilai PJJ masih merupakan yang paling aman untuk dilakukan saat pandemi Covid-19 masih belum terkendali. 

"PJJ merupakan opsi terbaik untuk melindungi para siswa, guru, dan keluarga siswa dari paparan wabah Covid-19, meski harus diakui pola ini mendapatkan tantangan berat dalam pelaksanaannya di lapangan,” ujar Muhaimin, Selasa (11/8).

Untuk menyukseskan PJJ, Muhaimin mengharapkan adanya partisipasi publik yang besar. Ia menilai partisipasi publik akan membantu kelancaran pola pendidikan yang harus dipilih demi menyelamatkan peserta didik dari penularan Covid tersebut.

“Kami mendorong peran aktif semua elemen masyarakat untuk gotong royong membantu para siswa yang mengalami kendala saat mengikuti pola pembelajaran jarak jauh,” ujar Muhaimin. 

Gus Ami-sapaan akrab Abdul Muhaimin Iskandar-mengungkapkan selama lebih dari empat bulan pelaksanaan PJJ beberapa masalah yg muncul adalah keterbatasan kuota, keterbatasan kepemilikan smart phone, ketidaksiapan orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah hingga tidak meratanya akses internet di tanah air. 

Kondisi ini mengancam kualitas belajar para peserta didik karena ada siswa yang tidak bisa mengikuti PJJ sebagai satu-satunya pola belajar di masa pandemic Covid-19. “Berbagai persoalan PJJ di lapangan mengancam kualitas belajar para siswa sehingga harus ada langkah nyata untuk memecahkan persoalan-persoalan tersebut,” katanya.

Gus Ami menilai perlu peran aktif berbagai elemen masyarakat untuk bersama-sama membantu para peserta didik yang mengalami kendala selama PJJ. Partisipasi itu bisa berupa donasi untuk membantu wifi gratis, pembelian smart phone, hingga menjadi relawan untuk mendampingi para siswa selama belajar di rumah. 

Muhaimin mengatakan, masyarakat tidak bisa menyerahkan semua persoalan kepada pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini. "Sudah saatnya kita saling bantu, bergandengan tangan utamanya untuk menyelematkan para generasi muda yang mengalami kesulitan akses penddikan selama masa pandemic ini,” kata Ketua Umum PKB ini.