Selasa 11 Aug 2020 17:16 WIB

Rusia Jadi Negara Pertama Dunia Daftarkan Vaksin Covid-19

Presiden Rusia, Vladimir Putin menyebut putrinya telah mendapat vaksin Covid-19

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Peneliti tengah mengembangkan vaksin Covid-19, ilustrasi
Foto: Center for Pharmaceutical Research via AP
Peneliti tengah mengembangkan vaksin Covid-19, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin Covid-19 hasil pengembangannya. Vaksin tersebut diklaim cukup efektif dan membentuk kekebalan. 

Presiden Rusia Vladimir Putin berterima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam proses pengembangan vaksin. "Saya berharap dalam waktu dekat kami dapat memulai produksi massal obat ini, yang sangat penting," kata dia dalam pertemuan dengan jajaran pemerintahannya pada Selasa (11/8), dikutip laman Sputnik.

Baca Juga

Putin meminta Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko terus memberi tahu dirinya tentang perkembangan vaksin Covid-19 tersebut. Kendati demikian, Putin mengaku sudah mengetahui bahwa kandidat vaksin itu bekerja cukup efektif dan membentuk kekebalan yang stabil.

"Saya berharap rekan-rekan kita di luar negeri juga bisa maju dan akan ada cukup banyak produk yang bisa digunakan di pasaran, di pasar dunia untuk obat-obatan dan vaksin," ujar Putin.

Putin mengungkapkan salah satu putrinya telah divaksinasi. “Dalam hal ini, dia ikut dalam percobaan. Setelah vaksinasi pertama, dia memiliki suhu tubuh 38 derajat celcius, sedangkan hari berikutnya sedikit di atas 37 derajat celcius. Setelah suntikan kedua, vaksinasi kedua, suhunya juga naik sedikit, lalu semuanya beres, dia merasa baik dan titer (antibodi) tinggi," ucapnya.

Mikhail Murashko mengungkapkan vaksin pertama Rusia akan diproduksi di dua lokasi, yakni di Gamaleya Research Institute dan perusahaan Binnopharm. Dia menyebut sejumlah negara pun telah menyatakan minatnya terhadap vaksin tersebut.

Saat ini Rusia menempati posisi keempat sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia. Ia memiliki lebih dari 897 ribu kasus dengan korban meninggal melampaui 15.130 jiwa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement