Rabu 12 Aug 2020 18:04 WIB

Wamenag: Madrasah dan Pesantren Harus Adaptasi Covid-19

Madrasah dan pesantren dituntut untuk mampu berkreasi dan produktif.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Wamenag: Madrasah dan Pesantren Harus Adaptasi Covid-19. Ilustrasi santri
Foto: Dok BWA
Wamenag: Madrasah dan Pesantren Harus Adaptasi Covid-19. Ilustrasi santri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Zainut Tauhid Sa'adi menyatakan semua lembaga pendidikan harus beradaptasi dan berdamai dengan pandemi Covid-19. Langkah ini menjadi keputusan terbaik karena masih pandemi Covid-19 dan belum tahu sampai kapan akan berakhir.

"Di tengah adaptasi kebiasaan baru ini, pendidikan madrasah dan pesantren dituntut untuk mampu berkreasi dan produktif agar tidak tertinggal oleh dinamika keadaan yang berjalan serba cepat," kata KH Zianut ketika berkunjung ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Semarang, Rabu (12/8).

Baca Juga

Dalam kunjungannya Wamenag didampingi Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Kemenag Ahmad Umar, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah Musta'in Ahmad, Kepala Kantor Kemenag Kota Semarang Muhdi beserta jajaran pejabat Kemenag lainnya. Ketika menyampaikan pengarahan kepada jajaran MTs Negeri 1 Semarang serta pejabat yang hadir, Wamenag memotivasi agar madrasah dan pesantren memiliki optimisme tinggi dan produktif dalam menjalani proses pengajaran. Optimisme dan semangat berproduktif agar dijadikan kiat mencari keberkahan dari musibah Covid-19.

"Kita harus mampu mengambil manfaat dari musibah Covid-19 dengan menciptakan inovasi dan kreativitas baru. Salah satu bentuk manfaat yang dapat kita petik dari Covid-19 adalah percepatan migrasi pembelajaran dari sistem konvensional ke digital sebagai jawaban yang tepat," ujarnya.

Menurutnya, pembelajaran secara virtual dan alternatif tatap muka saat ini dinilai sebagai proses inovasi agar pembelajaran tidak berhenti. Sebab semua pihak tidak ada yang dapat meramal hingga kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.

Wamenag juga menyampaikan terima kasih kepada Direktur KSKK Umar yang dinilai berhasil melakukan inovasi-inovasi dalam proses keberlangsungan pendidikan di madrasah di era pandemi ini. Sehingga prestasi madrasah di Tanah Air saat ini kian meroket.

"Inovasi virtual juga mewabah di tengah masyarakat, pengajian emak-emak pun marak memakai Zoom, tukang sayur juga menawarkan dagangan secara online. Para ustadz marak mengisi pengajian secara virtual, semua elemen masyarakat dipaksa harus beradaptasi dengan kenormalan baru, kalau tidak ingin ketinggalan," katanya.

Wamenag juga mengunjungi beberapa pondok pesantren antara lain Ponpes As-Salaf Bulakamba Brebes, Ponpes Al Anwar Pagiyanten Tegal, Al Hikmah I dan II Benda Sirampog, Bumiayu dan Brebes. Pesantren pun kini mulai membuka kembali proses pembelajarannya, sehingga para santri berduyun kembali ke pondok. 

Di era pandemi ini, ada pesantren yang ketat menerapkan protokol kesehatan misalnya satu kamar diisi 2-4 santri. Namun, banyak pula satu kamar diisi hingga 20 santri karena keterbatasan fasilitas kamar.

"Namun secara umum santri kembali ke pesantren dinilai lebih aman dari serangan Covid-19 daripada mereka di luar pesantren. Maka banyak orang tua yang gembira ketika pesantren kembali dibuka untuk belajar para santri," kata Wamenag.

Pemerintah memberikan perhatian sungguh-sungguh terhadap pondok pesantren dengan memberikan anggaran Rp 2,599 triliun untuk membantu pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan Islam di masa pandemi Covid-19. Bantuan tersebut disalurkan melalui program bantuan operasional pesantren (BOP).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement