Rabu 12 Aug 2020 18:29 WIB

Sholat Perdana di Hagia Sophia Disebut Picu Kenaikan Covid

Kenaikan covid-19 disebut dipicu dari sholat perdana di Hagia Sophia.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Hafil
Sholat Perdana di Hagia Sophia Disebut Picu Kenaikan Covid. Foto: Orang-orang melakukan salat Jumat pertama selama upacara pembukaan resmi Hagia Sophia sebagai masjid di Istanbul, Turki, 24 Juli 2020.
Foto: EPA-EFE/TOLGA BOZOGLU
Sholat Perdana di Hagia Sophia Disebut Picu Kenaikan Covid. Foto: Orang-orang melakukan salat Jumat pertama selama upacara pembukaan resmi Hagia Sophia sebagai masjid di Istanbul, Turki, 24 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL — Menurut profesional kesehatan, sholat berjamaah yang dilakukan di Hagia Sophia telah memicu klaster covid-19 baru di Turki. Pasalnya, berdasarkan penelusuran dari sekitar 350 ribu jamaah pada 24 Juli lalu, ada 500 tamu di masjid, termasuk di antaranya anggota parlemen dan Jurnalis yang didiagnosis terkena virus corona.

Tak hanya itu, kasus harian baru-baru ini juga kembali meningkat dan melebihi angka seribu orang selepas perayaan Idul Adha akhir Juli lalu. Menurut para profesional kesehatan, pelaksanaan ibadah tanpa pencegahan yang tepat, memicu lonjakan kembali kasus Covid-19 di Turki.

Baca Juga

"Setelah pembukaan Hagia Sophia, kami juga mendengar banyak kasus di kalangan politikus," kata seorang dokter yang lebih suka tidak disebutkan namanya seperti dikutip Arab News, Rabu (12/8).

Lebih lanjut, menurut dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di provinsi Anatolia tengah, Sivas, dugaan jumlah kasus bisa lebih tinggi dari seribu per hari. Utamanya, jika warga biasa mendapat tes serupa dan kembali diperluas.

“Jika keadaan terus seperti ini, tidak akan ada orang di rumah sakit yang tidak terinfeksi ... Bahkan mungkin ada kekurangan tenaga medis yang mengundurkan diri dari pekerjaan atau menjadi sakit. ” ungkap dia.

Dalam daftar panjang yang hadir di pembukaan Hagia Sophia lalu, pemimpin Muslim dan Kristen dari berbagai negara hadir, termasuk Paus Francis. Menurut Dr. Ergin Kocyildirim, yang merupakan ahli bedah kardiotoraks pediatrik dan asisten profesor di Departemen Bedah Kardiotoraks di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh, meski tidak hadir ibadah shalat, namun terlihat jelas bahwa virus corona hadir di saat yang sama.

Kocyildirim mengatakan, kunjungan Presiden Recep Tayyip Erdogan ke Hagia Sophia pada pekan berikutnya juga menyiratkan aturan jarak sosial yang sulit ditegakkan di landmark itu. Khususnya, ketika banyak warga yang ingin bertemu Erdogan, termasuk berswafoto.

“Saya yakin gambar-gambar itu membuat banyak profesional perawatan kesehatan merasa kesal, karena langkah tiba-tiba seperti ini dapat merusak upaya selama berbulan-bulan untuk menahan virus. Meski kepercayaan butuh waktu untuk dibangun, kepercayaan itu bisa hilang dengan cepat, ”tambahnya.

Sumber:

https://www.arabnews.com/node/1718246/middle-east

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement