Rabu 12 Aug 2020 21:57 WIB

Priyadi Ambil Hikmah Kehilangan Ponsel di Masjidil Haram

Di manapun Priyadi beribadah dia tidak pernah mengaktifkan ponselnya.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Priyadi Ambil Hikmah Kehilangan Ponsel di Masjidil Haram . Foto: Ratusan Jamaah haji bertawaf mengelilingi Ka
Foto: AP
Priyadi Ambil Hikmah Kehilangan Ponsel di Masjidil Haram . Foto: Ratusan Jamaah haji bertawaf mengelilingi Ka

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemilik travel wisata halal mancanegara Adinda Azzahra, Priyadi Abadi memiliki banyak pengalaman yang tak terlupakan ketika berada di tanah suci. Hikmah terbesar ketika dia umrah yang menjadi prinsipnya hingga kini adalah untuk tidak mengaktifkan ponsel ketika beribadah.

"Ini karena ketika saya umrah hp saya hilang ketika di masjid saat hendak shalat. Sebagai pemilik travel dan pendamping jamaah, saat itu saya berpikir bahwa ponsel harus aktif 24 jam karena setiap saat siapapun bisa saja menghubungi dan digunakan untuk dokumentasi kantor ketika berada di berbagai tempat termasuk ketika beribadah," ujar dia kepada Republika, Rabu (12/8).

Saat itu Priyadi selalu membawa dan mengaktifkan bahkan menggunakannya untuk berfoto di saat tawaf maupun sai. Sebenarnya di saat itu dia telah merasa ketika ponsel aktif maka konsentrasi beribadah terganggu.

Hilangnya ponsel itu merupakan teguran dari Allah, karena dia merasa bahwa tidak dapat melakukan apapun tanpa ponsel tersebut, hampir sebagian pekerjaan dan data penting berada di ponsel tersebut.

"Sangat jelas ketika ponsel tersebut hilang saya panik luar biasa, apalagi ponsel tersebut digunakan untuk transaksi keuangan dan foto duplikat passport, visa saya dan jamaah yang saya dampingi ada di dalamnya,"ujar dia.

Setelah itu dia tersadar bahwa Allah sedang menegurnya, bahwa ketika beribadah tidak boleh menduakan Allah SWT. Haji dan umrah merupakan ibadah dan sudah seharusnya sebagai hamba hanya fokus beribadah layaknya ketika melaksanakan shalat lima waktu.

Priyadi kemudian banyak beristigfar dan meminta ampun kepada Allah. Kejadian itu terjadi pada musim umrah akhir tahun 2011, saat dia hendak shalat subuh.

Sejak pagi hingga malam, dia berusaha untuk mencari ponsel tersebut namun tetap usahanya tak membuahkan hasil. Karena terlalu lelah, akhirnya dia kembali ke hotel dan pasrah jika memang ponsel tersebut tak dapat kembali.

Dia terus beristighfar dan memohon ampun sepanjang jalan hingga berada di hotel, termasuk melakukan shalat taubat. Setelah tiba di hotel, ada seseorang yang menghubungi telepon kamarnya, bahwa ada yang ingin bertemu selepas shalat Isya.

Ternyata dia adalah orang yang menemukan ponselnya dan ingin mengembalikannya. Priyadi terkejut, karena ponsel tersebut bisa kembali utuh bahkan ada orang yang mengantarkan langsung ke hotelnya padahal tidak ada petunjuk bahwa pemilik ponsel menginap di hotel itu.

Ternyata orang tersebut berinisiatif untuk membuka ponsel tersebut dan menghubungi kantornya, orang kantor yang dihubungi kemudian menjelaskan bahwa Priyadi sedang menginap di salah satu hotel tersebut. Dia bukan orang Saudi, sepertinya adalah jamaah yang berasal dari Yaman.

Sejak saat itu, di manapun Priyadi beribadah dia tidak pernah mengaktifkan ponselnya termasuk shalat lima waktu baik di rumah, masjid maupun ketika beribadah umrah. Pengalaman ini pun tak lupa dia bagikan kepada jamaah umrah yang biasa didampinginya.

Tak hanya itu, dia pun memiliki pengalaman menarik lainnya, pada awalnya travel miliknya fokus pada wisata muslim mancanegara terutama wilayah Eropa. Untuk beribadah dia hanya melakukan sekali berhaji di tahun 2005 dan setelah itu dia tidak memiliki kesempatan untuk umrah selama enam tahun lamanya.

Padahal setelah berhaji dia pun menawarkan layanan perjalanan umrah, tetapi tidak ada pelanggannya yang tertarik untuk itu. Padahal dia berharap dan ingin untuk kembali umrah ke tanah suci, tetapi Allah belum juga memamnggilnya.

Selama enam tahun dia hanya hanya mengantar pelanggannya untuk berwisata ke Eropa, meskipun dia menggunakan pesawat Emirat maupun Qatar dan selalu transit di Dubai maupun Doha tetapi Allah belum memberikan kesempatan untuk umrah. Padahal jarak dari dua negara itu hanya sekitar dua jam saja.

Kerinduan yang semakin memuncak, menuntunnya untuk terus bedoa meminta kembali ke tanah suci. Meski tidak segera diijabah, akhirnya di tahun 2011 ada pelangganya yang meminta untuk didampingi umrah.

Ini merupakan berkah luar biasa yang diberikan Allah SWT. Penantiannya selama ini dikabulkan, sejak saat itu layanan perjalanan umrah yang menggunakan jasanya semakin ramai. Penawaran pun tak terbatas pada umrah saja tetapi juga tambahan perjalanan wisata mancanegara lainnya seperti umrah plus Eropa, umrah plus Turki, Umrah plus Al Aqsa maupun umrah plus Andalusia.

Pemilik Restoran Marrakech ini juga akhirnya mendapatkan kesempatan untuk setiap bulan melaksanakan umrah disamping mendampingi jamaah. Meski sering, Priyadi tidak pernah merasa bosan untuk berkunujung ke berbagai tempat suci terutama Madinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement