Jumat 14 Aug 2020 04:21 WIB

Mencari Masjid dan Sekolah Kuno Istanbul yang Hilang

Banyak bangunan era Ottoman di Istanbul yang hilang atau berubah fungsi.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Foto bersejarah yang menunjukkan Masjid Daya Hatun yang rencananya akan dibangun kembali setelah dihancurkan pada 1883 di Istanbul, Turki.
Foto: Anadolu Agency
Foto bersejarah yang menunjukkan Masjid Daya Hatun yang rencananya akan dibangun kembali setelah dihancurkan pada 1883 di Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Organisasi nonpemerintah Turki  masih melacak keberadaan masjid, madrasah dan bangunan lain era Ottoman yang hilang. Sejak 2006, Asosiasi Istanbul untuk Perlindungan Lingkungan, Budaya, dan Bangunan Bersejarah (ISTED) hingga kini telah menemukan 400 masjid dan bangunan era Ottoman setelah lama dilupakan.

Angka itu, diperkirakan masih bisa meningkat, mengingat masih banyak bangunan lain yang tidak digunakan, rusak atau diubah untuk tujuan lain selama berabad-abad. Perubahan itu mengupayakan restorasi atau rekonstruksi.

Baca Juga

Ketua asosiasi tersebut, Erhan Sarışın mengatakan, pekerjaan mereka awalnya dimulai selama masa jabatan wali kota Istanbul saat itu, Recep Tayyip Erdoğan pada 1990-an. Utamanya, ketika dia dan teman-temannya melamar untuk membangun kembali Bereketzade Ali, sebuah masjid kecil di Beyoğlu Istanbul distrik. Sarışın adalah dokter kepala di sebuah rumah sakit di distrik pada saat itu.

“Ada tempat pembuangan sampah kecil di depan rumah sakit, dan saya ingin mengubahnya menjadi ruang hijau. Pemerintah kota memblokir aplikasi saya, dan mereka memberi tahu saya ada masjid bersejarah di bawah ruang tersebut. Saya menelitinya dan ternyata itu adalah Masjid Bereketzade Ali, yang dibangun pada 1453. Erdogan sendiri telah mengajukan permohonan kepada Dewan Monumen (yang mengawasi pelestarian bangunan bersejarah) untuk membangunnya kembali, tetapi permohonannya ditolak,’’ ujar dia seperti dikutip Daily Sabah, Kamis (13/8).

Setelah mengetahui hal tersebut, ia yang tertarik langsung menghubungi pakar. Hingga akhirnya, penggalian dilakukan dan menemukan masjid tetap berada di bawah tanah.

Tak hanya itu, ia bahkan menemukan jalan rahasia dari Menara Galata ke masjid. Penelitian lebih lanjut di arsip menunjukkan itu dibangun setelah penaklukan Istanbul oleh Ottoman.

“Kami adalah sekelompok sukarelawan yang setia memburu artefak bersejarah Istanbul yang hilang,” kata Sarışın.

Asosiasi itu, nyatanya juga aktif di Edirne, bekas ibu kota Ottoman lainnya di Turki barat laut. Dalam tim yang ada, beberapa akademisi, peneliti hingga insinyur survei disebut masih berusaha mencari sebagian besar bangunan bersejarah tersebut. 

Asosiasi tersebut juga mendokumentasikan keberadaan masjid dan madrasah untuk kemudian mengajukan permohonan kepada pihak berwenang agar mengembalikannya pada keadaan semula. Sejauh ini, asosiasi menemukan 22 masjid di semenanjung bersejarah kota.

Lokasi itu merupakan rumah bagi landmark seperti Masjid Biru, Istana Topkapı, dan Hagia Sophia, yang baru-baru ini dikembalikan ke fungsi era Ottoman sebagai masjid dan diubah namanya menjadi Masjid Agung Hagia Sophia. Berdasarkan informasi, hingga kini mereka telah menemukan sekitar 400 masjid, 150 madrasah, dan lebih dari 1.000 air mancur di kota tersebut dengan memilah-milah arsip.

Mereka juga dilaporkan telah berhasil mendaftarkan 150 bangunan di antaranya sebagai masjid untuk renovasi atau pembangunan kembali. “Misalnya, kami membangun kembali masjid Seydibey di lingkungan Fındıkzade. Saya menemukan itu terletak di tempat parkir di mana saya telah memarkir mobil saya selama satu tahun,” ungkap Sarışın.

Namun demikian, penemuan petak masjid dan bangunan lainnya masih dirasa kesulitan bagi asosiasi. Petak masjid yang mengalami kerusakan atau bahkan telah dibongkar, kerap kali mengalami pembangunan atau dipenuhi dengan gedung-gedung baru. Baik itu permukiman, tempat parkir hingga klub malam.

Masjid terbesar yang ditemukan asosiasi tersebut berada di distrik Beşiktaş. Masjid Aziziye yang memiliki ukuran sebesar Masjid Biru. Masjid itu dinamai dengan nama tersebut untuk mengenang Ottoman Sultan Abdülaziz. Meskipun, masjid ini awalnya dibangun oleh Süleyman I atau yang lebih dikenal sebagai Suleiman the Magnificent. 

Abdülaziz, yang membangun Istana Dolmabahçe, memutuskan membongkar masjid tersebut dan membangun kembali masjid yang lebih besar di dekat istana. Sayangnya, konstruksi itu dibatalkan ketika dia dicopot. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement