Ahad 16 Aug 2020 12:52 WIB

KAMI Sebut Indonesia Gagal, Ketum GMNI: Terlalu Terburu-buru

Ketum GMNI menilai terlalu terburu-buru mengatakan Indonesia gagal.

Ketua Umum DPP GMNI, Arjuna Putra Aldino (kedua dari kanan), menilai terlalu terburu-buru mengatakan Indonesia gagal.
Foto: Istimewa
Ketua Umum DPP GMNI, Arjuna Putra Aldino (kedua dari kanan), menilai terlalu terburu-buru mengatakan Indonesia gagal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Arjuna Putra Aldino, angkat bicara terkait Sejumlah mantan pejabat dan elite politik berkumpul dan mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Deklarasi berlangsung di Lapangan Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Agustus 2020 pukul 10.00 WIB.

Dia menilai anggapan KAMI yang berpendapat bahwa Indonesia telah gagal itu adalah penilaian yang terlalu buru-buru. 

Baca Juga

Pasalnya, saat ini menurut Arjuna, semua pihak sedang berupaya agar Indonesia segera bisa keluar dari masa pandami yang tidak diinginkan semua orang.  

"Saya kira itu penilaian yang terburu-buru. Saat ini semua pihak sedang berupaya agar Indonesia bisa keluar dari pandemi Covid-19 ini. Tidak ada orang yang ingin pandemi Covid-19 yang menyusahkan semua orang ini terus melanda Indonesia", kata dia di Jakarta, Ahad (16/8).  

Arjuna berharap berkumpulnya sejumlah mantan pejabat dan elit politik itu tidak hanya sekedar melakukan deklarasi. Namun juga menghasilkan ide-ide yang komprehensif agar Indonesia bisa keluar dari pendemi Covid-19. Karena menurut Arjuna, Covid-19 adalah masalah kita bersama.  

"Beliau-beliau ini adalah mantan pejabat dan elit politik di negeri ini. Tentu kita berharap gerakan tersebut tidak sekedar deklarasi. Namun juga menghasilkan ide-ide yang komprehensif agar Indonesia bisa keluar dari masalah yang ada", tutur Arjuna.  

Arjuna juga berharap bahwa gerakan ini bisa benar-benar menyelematkan Indonesia. Bukan sekedar gerakan politik kekuasaan. Yang hanya memanfaatkan situasi untuk merebut kekuasaan. Jika bertujuan untuk merebut kekuasaan menurut Arjuna, lebih bijak jika bersabar menunggu 2024.  

"Sebagai bentuk oposisi partikelir, tentu kita berharap itu gerakan menyelamatkan Indonesia, menyelamatkan rakyat. Bukan gerakan politik kekuasaan,” ujar dia. 

Menurut dia, jika sekadar merebut kekuasaan, lebih baik bersabar menunggu jadwal Pilpres 2024. “Jangan menjadikan rakyat sebagai kuda tunggangan," tutup Arjuna.

 

 

 

  

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement