Selasa 18 Aug 2020 13:38 WIB

Diguncang Demonstrasi, Presiden Belarusia Siap Pemilu Ulang

Presiden Belarusia dituntut mengundurkan diri karena diduga curangi pemilu

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Foto: EPA
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko mengatakan, dia siap menggelar pemilihan umum (pemilu) ulang dan menyerahkan kekuasaan setelah referendum konstitusi. Dalam beberapa hari terakhir, Lukashenko yang kembali terpilih sebagai presiden menghadapi tuntutan untuk mengundurkan diri karena diduga melakukan kecurangan dalam penghitungan suara.

Aksi protes besar-besaran terjadi di ibu kota Minsk dan sejumlah daerah lainnya. Para demonstran menuntut Lukashenko untuk mundur dari jabatannya dan menggelar pemilu ulang. Kepercayaan publik terhadap Lukashenko semakin meningkat ketika dia menghadapi cemoohan dan teriakan "mundur" saat memberikan pidato di hadapan para pekerja di salah satu pabrik besar yang dikelola negara.

Baca Juga

Dalam sebuah pidato yang dikutip oleh kantor berita resmi, Belta, Lukashenko menawarkan untuk mengubah konstitusi sebagai upaya untuk meredam aksi protes. Namun, tawaran ini tidak memuaskan para pengunjuk rasa, karena Lukashenko telah menjanjikan hal serupa sebelumnya.

"Kami akan mengajukan perubahan ke referendum, dan saya akan menyerahkan kewenangan konstitusional saya. Tapi tidak di bawah tekanan. Saya bukan orang suci. Anda tahu sisi keras saya. Tetapi jika Anda menjatuhkan presiden pertama, Anda akan menyeret negara-negara tetangga dan yang lainnya," ujar Lukashenko.

Lukashenko menambahkan, pemilihan parlemen dan presiden dapat digelar setelah referendum. Sementara itu, politisi oposisi Sviatlana Tsikhanouskaya mengatakan, dirinya siap mengambil tanggung jawab dan bertindak sebagai pemimpin nasional selama periode referendum.

Kepercayaan publik terhadap Lukashenko telah menurun drastis. Tak hanya itu, para loyalis Lukashenko termasuk sejumlah polisi, atlet terkemuka, dan mantan perdana menteri juga menyuarakan solidaritas yang sama dengan para pengunjuk rasa. Aksi protes telah menyebabkan sejumlah pabrik milik negara berhenti beroperasi karena karyawannya melakukan mogok kerja.

Kementerian Dalam Negeri Belarusia mengklaim tidak ada penangkapan dalam aksi demonstrasi tersebut. Namun, media lokal melaporkan beberapa orang telah ditangkap dan ditahan oleh petugas keamanan.

Ribuan orang memenuhi halaman luar fasilitas penahanan Okrestina, di mana ribuan pengunjuk rasa ditahan. Mereka diduga dipukuli dan berada di sel-sel yang sempit, serta tidak mendapatkan makanan. Namun, pemerintah menyangkal bahwa aparat keamanan telah melakukan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement