Selasa 18 Aug 2020 15:49 WIB

Malaysia Sebut Industri Halal Berpotensi Besar

Industri halal dinilai Malaysia berpotensi besar.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Hafil
Malaysia Sebut Industri Halal Berpotensi Besar. Foto: Ilustrasi Sertifikasi Halal.
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Malaysia Sebut Industri Halal Berpotensi Besar. Foto: Ilustrasi Sertifikasi Halal.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR — Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional (MITI) Malaysia menyebut bahwa industri halal masih memiliki potensi besar untuk diperkuat dengan strategi yang terencana dan inklusif. Terlebih, ekspor halal di Malaysia bernilai 4,1 persen atau RM40,2 miliar dari total ekspor negaranya senilai RM 986,4 miliar pada 2019.

Menteri MITI, Datuk Seri Mohamed Azmin Ali, mengatakan tujuan pengalihan Halal Development Corporation ke MITI adalah untuk memastikan bahwa industri tidak hanya berfokus pada sertifikasi. Tetapi, melihatnya sebagai sektor yang memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa.

Baca Juga

Dari hasil ekspor halal itu Azmin mengartikan, potensi industri halal masih memiliki ruang yang besar untuk berkembang. Sebab, pada 2019 saja tercatat sebanyak 1.876 perusahaan pengekspor produk halal Malaysia.

‘’Walaupun 1.430 perusahaan atau 76,2 persennya merupakan usaha kecil dan menengah (UKM),’’ ujar dia seperti dikutip Bernama Selasa (18/8).

Dalam ukuran lebih besar, ukuran pasar halal global saat ini diperkirakan bernilai US $ 3 triliun dan diperkirakan akan tumbuh pesat menjadi US $ 7,7 triliun pada tahun 2030.

Lebih jauh, Azmin juga menyatakan kesamaan pendapatnya dengan Anggota Parlemen Arau Datuk Seri Dr Shahidan Kassim. Di mana, sebelumnya, Shahidan menegaskan bahwa industri memerlukan pendekatan baru untuk memanfaatkan potensi pasar yang besar.

Mengomentari keterlibatan pemerintah dalam pemberdayaan industri halal, Mohamed Azmin mengatakan, industri masih membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan keahlian para pelaku UKM. Terutama dalam meningkatkan kontribusinya terhadap produk domestik bruto negara.

Ia mengatakan, saat ini sedang dilakukan restrukturisasi strategi pemberdayaan yang difokuskan pada pengembangan industri berbasis ilmu pengetahuan. “Hal tersebut dilakukan dengan memperkuat ekosistem halal bangsa, meningkatkan nilai perdagangan dan daya saing industri melalui pertumbuhan sektor-sektor berpotensi tinggi dan sektor terkait, meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil lokal dan profesional, serta mendorong komersialisasi kegiatan produk halal melalui adopsi. teknologi tinggi dan inovasi, ”katanya.

Dia menyayangkan industri halal negara yang saat ini dilakukan terlalu fokus pada sektor makanan dan minuman. Terlebih, ketika hampir semua sektor saat ini terkena dampak pandemi Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement