Ahad 23 Aug 2020 15:11 WIB

Nasib Tugu Peta Tasikmalaya yang Memprihatinkan

Keterangan yang tersisa dari tugu itu hanyalah waktu peresmian pada 13 Juni 2000

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Para veteran di depan Tugu Peta yang kondisinya tak terawat di Jalan Veteran, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Ahad (23/8).
Foto: Bayu Adji P
Para veteran di depan Tugu Peta yang kondisinya tak terawat di Jalan Veteran, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Ahad (23/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Belasan veteran dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) berkeliling Kota Tasikmalaya pada Ahad (23/8). Mereka bernostalgia dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di Kota Tasikmalaya.

Namun, mereka kaget ketika melihat kondisi Tugu Peta yang berada di depan supermarket Mega M, tepatnya di Jalan Veteran, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Kondisi tugu itu sama sekali tak bisa dibilang terawat. 

Berdasarkan pantauan Republika, tulisan keterangan dalam di tugu itu telah tak lagi terbaca. Padahal, seharusnya di tugu itu tertulis keterangan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Namun, media tulisan itu telah terpecah belah, dan sebagian pecahannya hilang entah ke mana.

Keterangan yang masih bisa didapat dari tugu itu hanyalah waktu peresmiannya, yaitu 13 Juni 2000. Tugu itu diresmikan oleh Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI S Supriadi. Di bawahnya, terdapat kutipan kalimat Bung Karno mengenai Peta "Peta alat yang vital bagi revolusi kita dan mereka adalah patriot dan pahlawan revolusi dalam mencapai Indonesia merdeka."

Ketua LVRI Tasikmalaya, Jojo Ruskandi mengaku sedih melihat kondisi Tugu Peta memprihatinkan. Ia merasa, kondisi itu menggambarkan bertapa bangsa Indonesia saat ini tak lagi mengingat jasa para pejuang kemerdekaan.

"Kalau melihatnya, kita ingat dengan orang tua dan rekan-rekan kita pejuang yang telah gugur. Melihat kondisi monumennya seperti itu, bukan sedih lagi, tapi kecewa. Karena monumen yang menandakan perjuangan pejuang itu tak dipelihara," kata dia kepada Republika.

Ia sempat berdiam diri lama di samping tugu itu ketika datang ke lokasi tersebut. Seolah tak percaya, monumen perjuangan bangsa merebut kemerdekaan bernasib seperti itu. 

Jojo menjelaskan, tempat itu memiliki sejarah yang cukup penting dalam perjuangan para pejuang di Tasikmalaya. Di tempat itu, ia mengatakan terdapat markas cikal bakal Peta di Tasikmalaya. 

Republika melihat, tugu itu tak lagi nampak sebagai tempat bersejarah. Tak ada orang-orang yang menperhatikannya. Di sekitaran tugu itu, orang-orang biasanya hanya memarkirkan kendaraan mereka sebelum memasuki supermarket.

Jojo berharap, pemerintah daerah bisa memberikan sedikit perhatiannya dalam mengurus monumen bersejarah. Sebab, tempat itu merupakan saksi perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekannya.

Meski tak ikut langsung angkat senjata, tapi ia tahu rasanya hidup dalam ketegangan militer.  "Saya waktu 10 tahun ikut orang tua yang menjadi laskar rakyat. Saya juga dulu mengungsi karena Belanda sudah masuk Tasikmalaya," kata lelaki yang pensiun dari militer dengan pangkat Kapten itu.

Ia tahu betul, perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan tak sembarangan. Tak bisa dibayangkan oleh masyarakat saat ini.

Menurut dia, dahulu para pejuang ikut angkat senjata tanpa memikirkan upah. Mereka berkorban harta, bahkan nyawa untuk mempertahankan Indonesia yang merdeka. "Adalah kewajiban pemerintah untuk merehab tugu itu. Kita saat ini bisa sebebas sekarang atas perjuangan pejuang. Tolong hargai para pejuang itu," kata dia.

Ketua perkumpulan Mantan Narapidana Tasik atau yang biasa disebut Manasix, Asep Ugar, yang menggagas kegiatan para veteran keliling Kota Tasikmalaya, mengaku prihatin dengan kondisi tugu bersejarah yang tak terawat itu. Padahal, bangsa yang besar seharunya menghormati jasa pahlawannya.

Ia mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk kembali memperbaiki kondisi tugu itu. "Apakah nanti kita akan mengumpulkan koin atau apa, kita ingin memperbaiki tugu itu," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement