Senin 24 Aug 2020 21:48 WIB

Kesthuri: Tiga Agenda yang Dinilai Memperberat Buka Umroh

Para imigran juga enggan kembali lagi ke Saudi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kesthuri: Tiga Agenda yang Dinilai Memperberat Buka Umroh (ilustrasi).
Foto: MUHAMMAD IQBAL/ANTARA FOTO
Kesthuri: Tiga Agenda yang Dinilai Memperberat Buka Umroh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ada tiga agenda yang sedang dikerjakan Pemerintah Arab Saudi pascapenyelenggaraan haji terbatas tahun 2020. Tiga agenda tersebut diprediksi, membuat umroh belum bisa dibuka dalam waktu dekat ini.

"Jadi ada tiga persoalan setelah Arab Saudi menyelenggarakan ibadah haji," kata Sekretaris Jenderal Kesatuan Tour Travel Haji Umrah (Kesthuri) Artha Hanif, saat dihubungi Republika.co.id, Senin (24/8).

Agenda yang membuat persoalan umroh lama dibuka, pertama evaluasi haji secara total dan menyeluruh, kedua persiapan jamaah umroh kedepan dan jamaah umroh di seluruh dunia yang tertunda karena keberangkatannya dibatalkan. "Jadi yang tak berangkat itu jamaah dari seluruh dunia bukan cuman di Indonesia saja. Jadi persoalannya memang rumit," katanya.

Ketiga, selesainya persiapan penyelenggaraan umroh dan umroh siap dibuka kembali. Dengan persiapan umroh ini, satu hal penting yang dinilai cukup menguras waktu adalah merekrut sumber daya manusia (SDM) untuk bekerja di perhotelan. "Nah mereka yang selama ini SDM yang aktif melayani jamaah umroh, baik di Madinah maupun Makkah termasuk Jadah itu kan kebanyakan imigran," ujarnya.

Setelah terjadi pandemi Covid-19, seperti sekarang ini, para imigran sudah kembali ke negaranya masing-masing. Kondisi seperti inilah membuat pelayanan terhadap jamaah umrah terkait dengan penginapan terhambat, sehingga umrah lama dibuka kembali.

Karena kata dia, ketika umroh dibuka, hotel, catering dan tranportasi yang tidak terpakai karena Pandemi harus disterilkan menggunakan densifektan dan pengerjaan sterilisasi ini merupakan pekerjaan para imigran. Dan pekerjaan ini juga memerlukan waktu yang panjang. "Belum lagi merekrut ulang lagi staff yang bekerja di hotel," katanya.

Artha memastikan, proses itu semua mulai dari steriliasi hotel, transportasi dan merekrut SDM, bukan pekerjaan sederhana. Jadi menyelenggarakan umrah pasca ditutup, ini bukan hanya sekedar membuka visa dan membuka penerbangan. "Urusannya buka membuka visa aja, bukan urusan membuka penerbangan tetapi hotelnya siap tidak?" katanya.

Karena kata Artha, orang yang bekerja di dunia perhotelan dan transportasi dikerjakan oleh 60 sampai 70 persen merupakan imigran. Pasca pandemi mereka sudah pulang ke negara asalnya. "Dan jangan-jangan mereka sudah bekerja di negara masing-masing karena mereka harus ada pemasukan income untuk membiayai hidup sehari-hari," katanya.

Bahkan mungkin, kata dia  dengan segala pertimbangannya, mereka para imigran juga enggan kembali lagi ke Saudi karena banyak kebijakan-kebijakan yang memberatkan mereka. Mulai dari kebijakan kenaikan pajak sampai mesti menjalani karantina terhadap para pendatang. "Jadi berat tidak gampang bukan sekedar membuka visa atau penerbangan. Untuk keinginan boleh tetapi tidak gampang untuk memulai sesuatu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement