Rabu 26 Aug 2020 06:30 WIB

Orang-Orang Kristen yang Fanatik dan Muhammad

Persepsi Muslim di masa awal sangat baik kepada Nasrani.

Pertempuran dan perjumpaan antara orang Muslim (lazim disebut Moro) dengan pasukan Eropa pada perang Salib di Spanyol.
Foto: google.com
Pertempuran dan perjumpaan antara orang Muslim (lazim disebut Moro) dengan pasukan Eropa pada perang Salib di Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam buku Sejarah Muhammad karya Muhammad Husain Haekal ada salah satu bagian yang menarik soal persespi umat Muslim dan Kristen di masa awal. Tulisan ini tampak cukup jujur untuk mengungkap situasi saat itu, bagaimana Muslim itu selalui peduli dengan kaum Nasrani dan sebaliknya seperti dikisahkan dalam persitiwa hijrah di Kekaisaran Najasyi, di Abisini (sekarang Ethopiha).

Kala itu Kaisar Abisina dengan tegas menolak permintaan kafir Quraisy yang menginginkan agar pengikut Muhammad dikembalikan ke Makkah. Tapi, sang kasiar menolaknya keras apalagi setelah juru bicara 'pengungsi Muslim' dari Makkah diajak bicara soal Isa Almasaih dan ibundanya, Maryam (Maria).

Sang Kaisar setelah mendengar dibacakannya penggalan surat Maryam yang ada di dalam Alquran, langsung berbalik ke arah utusan Quraisy yang memaksa meminta pulang para pengungsi itu. Katanya: "Sesungguhnya ajaran Muhammad dan agama kami hanya berbeda seperti sebuah garis!" Sembari berkata seperti itu dia mencoretkan gambar sebuah garis di depan mereka.

Beginilah sebagian tulisan Husain Haekal yag menulis soal persepsi kedua umat ini pada masa modern dengan mengacu persepsi sosial kaum Muslim pada masa awal di Madinah.

-------------

Sedangkan, dari pihak kaum Masehi, banyak di antara mereka itu yang menyindir-nyindir Muhammad dan menilainya dengan sifat-sifat yang tidak mungkin dilakukan oleh kaum terpelajar - untuk melampiaskan rasa kebencian yang ada dalam hati mereka serta beragitasi membangkitkan emosi orang.

Meskipun ada dikatakan bahwa perang salib itu sudah berakhir sejak ratusan tahun yang lalu, fanatisme gereja Kristen terhadap Muhammad mencapai puncaknya sampai pada waktu-waktu belakangan ini. Dan barangkali masih tetap demikian kalau tidak akan dikatakan malah bertambah, sekalipun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, berselubung misi dengan pelbagai macam cara.

Hal ini tidak terbatas hanya pada gereja saja bahkan sampai juga kepada penulis-penulis dan ahli-ahli pikir Eropa dan Amerika, yang dapat dikatakan tidak seberapa hubungannya dengan pihak gereja.

Bisa jadi orang merasa heran bahwa fanatisme Kristen terhadap Islam masih begitu keras pada suatu zaman yang diduga adalah zaman cerah dan zaman  ilmu pengetahuan, yang berarti juga zaman toleransi dan kelapangan dada. Dan, orang akan lebih heran lagi apabila mengingat kaum Muslimin yang mula-mula, betapa mereka merasa gembira melihat kemenangan kaum Kristen begitu besar terhadap kaum Majusi (Mazdaisma), melihat kemenangan pasukan Heraklius merebut panji-panji Persia dan dapat melumpuhkan tentara Kisra.

Masa itu Persia adalah yang memegang tampuk pimpinan di seluruh jazirah Arab bagian selatan, sesudah Kisra dapat mengusir Abisinia dari Yaman. Kemudian, Kisra mengerahkan pasukannya - pada tahun 614 - di bawah salah seorang panglimanya yang bernama Syahravaraz untuk menyerbu Rumawi, dan dapat mengalahkannya ketika berhadap-hadapan di Adhri’at dan di Bushra, tidak jauh dari Syam ke negeri Arab. Mereka banyak yang terbunuh, kota-kota mereka dihancurkan, kebun-kebun zaitun dirusak.

Pada waktu itu Arab - terutama penduduk Makkah - mengikuti berita-berita perang itu dengan penuh perhatian. Kedua kekuatan yang sedang bertarung itu merupakan peristiwa terbesar yang pernah dikenal dunia pada masa itu. Negeri- negeri Arab ketika itu menjadi tetangga-tetangganya. Sebahagian berada di bawah kekuasaan Persia, dan sebahagian lagi berbatasan dengan Rumawi.

Orang-orang kafir Makkah bergembira sekali melihat kekalahan kaum Kristen itu; sebab mereka juga Ahli Kitab seperti kaum Muslimin. Mereka berusaha mengaitkan tercemarnya kekalahan Kristen itu dengan agama kaum Muslimin.

Sebaliknya, pihak Muslimin merasa sedih sekali karena pihak Rumawi juga Ahli Kitab seperti mereka. Muhammad dan sahabat-sahabatnya tidak mengharapkan kemenangan pihak Majusi dalam melawan Kristen.

Perselisihan kaum Muslimin dan kaum kafir Makkah ini sampai menimbulkan sikap saling berbantah dari kedua belah pihak. Kaum kafirnya mengejek kaum Muslimin, sampai ada di antara mereka itu yang menyatakan kegembiraannya di depan Abu Bakrf dan Abu Bakrpun sampai marah dengan mengatakan: Jangan lekas-lekas gembira; pihak Rumawi akan mengadakan pembalasan.

Abu Bakr adalah orang yang terkenal tenang dan lembut hati. Mendengar jawaban itu pihak kafir membalasnya dengan ejekan pula: Engkau pembohong. Abu Bakr marah: Engkaulah musuh Tuhan yang pembohong! Hal ini disertai dengan taruhan sepuluh ekor unta bahwa pihak Rumawi akan mengalahkan kaum Majusi dalam waktu setahun.

Muhammad mengetahui adanya peristiwa taruhan ini, lalu dinasihatinya Abu Bakr, supaya taruhan itu ditambah dan waktunya pun diperpanjang. Abu Bakr memperbanyak jumlah taruhannya sampai seratus ekor unta dengan ketentuan, bahwa Persia akan dapat dikalahkan dalam waktu kurang dari sembilan tahun.

Dalam tahun 625 ternyata Heraklius menang melawan pihak Persia. Syam direbutnya kembali dan Salib Besar dapat diambil lagi. Dalam taruhan ini Abu Bakrpun menang.

Sebagai nubuat atas kemenagan ini, firman Tuhan turun seperti dalam awal Surah ar-Rum: “Alif- Lam. Mim. Kerajaan Rumawi telah dikalahkan. Di negeri terdekat. Dan mereka, sesudah kekalahan itu, akan mendapat kemenangan. Dalam beberapa tahun saja. Di tangan Tuhan keputusan itu. Pada masa lampau, dan masa akan datang. Pada hari itu orang- orang beriman akan bergembira. Dengan pertolongan Allah; Ia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Mahamulia Ia dalam Kekuasaan dan Maha Penyayang. Demikian janji Allah. Allah takkan menyalahi janji-Nya. Tetapi kebanyakan orang tidak mengerti.” (QS, 30:1-6)

Besar sekali kegembiraan kaum Muslimin atas kemenangan Heraklius dan kaum Nasrani itu. Hubungan persaudaraan antara mereka yang menjadi pengikut Muhammad dan mereka yang percaya kepada Isa, selama hidup Nabi, besar sekali, meskipun antara keduanya sering terjadi perdebatan.

Namun, tidak demikian halnya kaum Muslimin dengan pihak Yahudi, yang pada mulanya bersikap damai, lambat-laun telah menjadi permusuhan yang berlarut-larut, yang sampai meninggalkan bekas berdarah dan membawa akibat keluarnya orang- orang Yahudi dari seluruh jazirah Arab.

Kebenaran atas kejadian ini ialah firman Tuhan: “Pasti akan kau dapati orang-orang yang paling keras memusuhi mereka yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik; dan pasti akan kaudapati orang-orang yang paling akrab bersahabat dengan mereka yang beriman ialah mereka yang berkata: ‘Kami ini orang-orang Nasrani.’ Sebab, di antara mereka terdapat kaum pendeta dan rahib-rahib, dan mereka itu tidak menyombongkan diri.” (QS, 5:82)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement