Ahad 30 Aug 2020 09:28 WIB

Jangan-Jangan Kita Memang Sombong

Sulitnya masyarakat disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.

Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID,  oleh Muhammad Hafil*

Kasus covid-19 masih belum mereda. Bahkan, kasus orang yang terjangkit dan dinyatakan positif, semakin bertambah.

Namun, yang kerap kita lihat saat ini, setidaknya yang dilihat oleh penulis langsung, bukannya semakin waspada dan hati-hati, tetapi banyak orang justru lalai. Indikasinya bisa dilihat dari ketidakdisiplinan sebagian orang dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19.

Saat ini, kita hanya diminta untuk mematuhi protokol kesehatan. Kita tidak sedang dalam kondisi beberapa bulan lalu, di mana kita harus mengikuti sejumlah aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), karantina wilayah, larangan mudik, larangan menghadiri keramaian, larangan menyelenggarakan kegiatan ibadah secara berjamaah, dan lain sebagainya.

Ya, kita sekarang hanya diminta untuk mematuhi protokol kesehatan. Karena kita tidak mungkin untuk hidup dalam karantina wilayah, seperti PSBB, hidup tanpa pergi beribadah ke rumah ibadah, hidup tanpa silaturahim, dan sebagainya. Karenanya, ada relaksasi aturan dari para pemangku kepentingan seperti pemerintah dan lembaga-lembaga keagamaan yang kita kenal dengan nama new normal atau adaptasi kebiasaan baru.

Karena itu, para pemangku kepentingan membuat protokol di masa new normal untuk mencegah penyebaran covid-19. Misalnya, selalu mengenakan masker ketika berada di luar rumah, selalu menjaga jarak ketika di luar rumah, selalu rajin mencuci tangan dengan sabun. Atau ketika di rumah ibadah, kita pun diwajibkan memakai masker, menjaga jarak, dan tidak ke rumah ibadah bagi yang sakit.

Namun kenyataannya, kita masih banyak menemukan masyarakat yang enggan memakai masker ketika di rumah ibadah, tidak menjaga jarak ketika di rumah ibadah, dan masih ada orang yang dalam kondisi tidak sehat pergi ke rumah ibadah. Kasus ini juga berlaku di tempat-tempat lain seperti pasar, pusat pelayanan publik, dan lain sebagainya.

Padahal, yang menganjurkan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan adalah lembaga-lembaga berwenang. Pemerintah, lembaga kesehatan, polisi, dan lembaga-lembaga atau ormas-ormas keagamaan.

Jangan-jangan, ini menunjukkan kesombongan kita sebagai manusia. Yang angkuh, yang memikirkan diri sendiri.

Kita tidak merasa nyaman menerapkan protokol kesehatan, tapi gara-gara kelaiaian kita itu, jangan-jangan kita yang menyebarkan virus. Bahkan, virus yang kita sebarkan itu adalah orang-orang terdekat kita.

Ini harus menjadi introspeksi kita. Jangan-jangan kita hidup hanya yang sesuai dengan kehendak kita sendiri saja atau yang cocok dengan kita saja. Jika tidak cocok, meskipun aturan itu dibuat oleh pemerintah yang didukung oleh fatwa-fatwa lembaga-lembaga keagamaan yang besar dan kredibel seperti  Majelis Ulama Indonesia (MUI), PBNU, Muhammadiyah, dan lain-lain, tidak membuat kita patuh karena keangkuhan kita.

Padahal ajaran Islam tegas-tegas memerintahkan umatnya untuk mematuhi ulil amri. Dan, ulil amri pun bukan hanya penguasa atau pemerintah tetapi juga ulama. Ini seperti ditegaskan surah an-Nisa ayat 59. ”Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada ulil amri.”

Jika kita terus seperti ini, dan kasus covid-19 terus terjadi, janganlah kita menyalahkan pemerintah atau pihak-pihak lainnya. Jangan-jangan, kita sendiri yang membuat pandemi covid-19 terus terjadi.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement